Selamat berbahagia bagi para ikhwan telah dipertemukan dengan wanita shalihah, bersyukurlah pada Allah karena telah menjodohkan kalian dengan perhiasan dunia seperti kita sering mendengar kalimat mutiara bahwa sebaik-baiknya hiasan dunia adalah wanita shalihah.
Baca selengkapnya »Mutiara di Balik Jeruji Besi
Sosok tinggi besar itu dengan penuh cekatan langsung membolak-balik lembar demi lembar koran. Tiba-tiba saja matanya menatap tajam pada sebuah judul yang langsung menusuk hatinya. “JANGAN MAIN-MAIN DENGAN TULISAN ANDA!” Ya sebuah berita yang kini sedang hangat-hangatnya dicerna publik.
Baca selengkapnya »Hari Ibu dan Pergerakan Perempuan Indonesia
Karangan bunga berpita, ditambah rangkaian indah kata-kata mutiara, plus kado eksklusif nan berharga tak murah, dan atau terselip kartu ucapan bertuliskan “Happy Mother days Mom...” pada hari Ibu, tepat pada 22 Desember pun tentu tak kan sanggup jadi penghargaan yang membayar segala jatuh bangun dan jerih payah sang Bunda.
Baca selengkapnya »Merekalah Mutiara di Dunia
“Anak adalah metamorfosis dari darah dan daging sang ibu, yang lahir dari sebuah kesepakatan. Cinta ini adalah campuran darah dan ruh. Ketika seorang ibu menatap anaknya yang sedang tertidur lelap, ia akan berkata di akar hatinya: itu darahnya, itu ruhnya! Tapi ketika ia memandang anaknya sedang merangkak dan belajar berjalan, ia akan berkata di dasar jiwanya: itu hidupnya, itu harapannya, itu masa depannya! Itu silsilah yang menyambung kehadirannya sebagai peserta alam raya.” (Anis Matta)
Baca selengkapnya »Mutiara Di Antara Debu
Segumpal debu tak kan pernah berubah menjadi mutiara, Meski berada dalam satu cawan, Tapi Mutiara adalah mutiara, Meskipun tertanam di antara debu. Ku cinta dia, meski terlambat, Ku sayang dia, ku sadar sebelum waktu berakhir, Dia hadir dalam ragaku, menyatu denganku, Cintanya hadir dalam setiap detikku, Cintanya hadir bagai asupan gizi, Tenangku adalah bersamanya.
Baca selengkapnya »Mutiara
Wahai Kau Dzat Sang Pemilik jiwa-jiwa nan damai. Membekas di benakku. Atas pinta suci-Mu dulu. Ku Iya kan seruan-Mu. Begitu agung menggema di sudut-sudut negeri. Saat jiwa damaiku memuncak. Membuncah jeritku meratapi Fana ini. Penuh dosa dan angkara murka. Kau ajak aku pada hamparan samudera biru tak bertepi. Diajarinya aku menyelam.
Baca selengkapnya »