Puisi dan Syair

Biar aku mengeja hembusan angin, Biar aku mengeja indahnya lembayung senja, Biar aku mengeja hangatnya mentari pagi, Biar aku mengeja pekatnya tanah merah, Biar aku mengeja hijau daun yang menyejukkan.

senandung kasih untukmu sahabatku, untaian kata menari , engukir meniti masa, hari-hari tak terasa, buih-buih berkembang menjadi asa.

Engkau adalah daun, Aku melihatmu di setiap pohon, Jumlahmu tak terhingga, Beribu-ribu berpadu, Membuat rindang, Orang-orang berlomba, Berteduh di bawah naunganmu

Seakan peluh ini hilang sekejap, ketika bibir-bibir mungil itu mengeja a-ba-ta, air mata menangis dalam hati begitu lembut, kedamaian yang terasa lebih...lebih dari apapun.

Engkau adalah batu, Aku melihatmu di mana-mana, Engkau tidak pernah hancur karna terik, Dan engkau tidak pernah luluh karna hujan.

Bunga yang sering menjadi lambang dari cinta, Romantisme dan berwarna tegas, Jika ia berwarna merah, maka ia akan berwarna merah darah, dan pekat.

Tapak kecil menjejak, ringan mengayun tanpa beban, meski bukan membawa langkah-langkah panjang, melangkah pasti menyusuri jengkal demi jengkal perjalanan.

Teman…, Jika suatu saat nanti kita dipertemukan, Ajari aku sebagai sahabat yang baik, Sahabat selalu mendukung dan mendengar keluh kesah. Seorang pejuang. Teman… Jika suatu saat nanti kita disatukan, Dalam suatu ikatan yang diberkahi Ajari ku sebagai seorang istri dan ibu.

Aku wanita, Aku istimewa dalam cinta, Dengan cinta yang tumbuh bagaikan kuku, Perlahan namun utuh, Aku istimewa dalam cinta, Meski cinta memenuhi ruang hati.

Ya, doa itu menjadi penyemangat, Bahasa cinta seorang hamba, Tanda kekuatan dari Sang pencipta, Tiada batas, tiada sekat, Dengan Allah.