Puisi dan Syair

Aku hanya membisu ketika kau sakit Sebenarnya aku pilu dan amat malu Mengapa sulit kukatakan bahwa aku benar-benar mencintaimu, Ummi...

Anak harapan yang lahir di zaman gersang adakah masa depan ketika godaan kian merangsang?

Kau menjadi jiwa dengan secawan air kehidupan Dari satu ke satu yang lain saling mendahulukan Dan selembar nyawa kau berikan Dalam kesetiaan dan persaudaraan

Saya hanyalah seorang hamba-Mu yang jatuh bangun di jalan ketaatan... Berat... Namun tetap semangat... Karena tak kutemukan jalan tikus menuju surga-Mu...

Di atas tikar ketundukkan. Munajatku menghadapkanku dekat ke wajah-Nya. Sedekat urat nadi, bahkan lebih dekat

Di saat galau Maka tilawah membuat diri begitu memukau Di saat diri merasa bosan Maka saatnya tilawah perbanyak halaman Di saat kesepian Maka tilawah akan menjadi teman setia sampai akhir penantian

Duhai, hendak ke mana aku melempar sauh Rabbi, hanyutkan aku dalam gelombang maghfirah-Mu Tenggelamkan aku dalam lautan tak bertepi Biar lantak segala keangkuhan Saat tiba kudekap takdir-Mu nanti

Lalu jiwa telah jauh kubiarkan. Di kulitmu daki dosa tak terbersihkan. Dan keringatmu kesalahan tak terhapuskan.. Dan bila tiba saat dibangkitkan. Air mata pun mengering dirundung penyesalan.

Saat itulah pelarian tak menemukan jarak. Penyesalan tak menemukan pintu taubat. Dan kematian pun membuat semua rahasia tersibak.

ak terhitung betapa banyak nikmat-Mu yang kusia-siakan. Dunia benar-benar membuatku kehilangan. Kehilangan akan cinta-Mu. Dan membuatku bagaikan seorang pengembara yang tak tahu ke mana arah yang dituju.