Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al-insyiqaq diturunkan di Makkah setelah surat al-infithar ([1]). Tema pokok surat ini masih berkisar tentang hari kiamat dan hari pembalasan. Kali ini langit dan bumi kembali menjadi tanda kekuasaan Allah sekaligus membuktikan ke-tundukan mereka kepada titah Allah Yang Maha Kuasa.
Baca selengkapnya »(Video) Kajian Tafsir Surat Adh-Dhuha
Pada Sabtu, 7 Maret 2015 yang lalu, Ust. Abdul Aziz Abrdurrauf, Al-Hafizh menyampaikan kajian tafsir Quran surat Adh-Dhuha selama kurang lebih satu jam di Mesjid Bilal, ISTN Jagakarsa. Jakarta. Kajian rutin ini diadakan oleh pengurus Masjid Bilal, Jagakarsa secara rutin tiap pekan.
Baca selengkapnya »Hukum Jual Beli Air
Adapun air yang sudah ada “usaha” dari pemiliknya, seperti air yang sudah dikemas dalam botol, atau sudah diisikan ke dalam galon, atau diangkut dengan menggunakan gerobak lalu diantar ke rumah-rumah, maka hukumnya adalah boleh untuk diperjualbelikan. Karena sudah ada “usaha” dari pemiliknya dalam memprosesnya dan atau mengantarkannya ke rumah-rumah penduduk. Adapun jika ia menjual air untuk kemudian orang-orang mengambil sendiri di dalam sumur, di sungai atau di danau, maka hukumnya tidak boleh.
Baca selengkapnya »Hukum Memakai Cincin Batu Akik
“Semuanya tidak ada yang shahih” dan dia menjelaskan keadaan pera perawinya dan beralasan dengan itu untuk menyatakan pendapat tersebut. Juga disebutkan dari Abu Ja’far Al ‘Uqaili bahwasanya tidak ada satu pun hadits yang valid dari Nabi ﷺ dalam pembahasan ‘aqiq ini. (At Ta’liq Ar Rasyiq fit Takhtimil ‘Aqiq, Hal. 10)
Baca selengkapnya »Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Syiah Dua Belas Imam (Bagian ke-4)
Syiah Muncul akibat Akumulasi Peristiwa yang Ditimbulkan oleh Peristiwa Karbala dan Berbagai Perkembangan Umat Islam Saat Itu. Di antara pendukung pendapat ini adalah Dr. Kamil Musthafa as-Syibi. Menurutnya meskipun gerakan Syiah politik telah muncul pada masa-masa awal, sebagaimana diungkap oleh beberapa peneliti di atas, namun sebagai gerakan Syiah yang spesifik baru dimulai dari gerakan Tawwabun yang muncul pada tahun 61 H.
Baca selengkapnya »Konsepsi Syiah Dua Belas Imam, dari Tradisional Hingga Kontemporer
Pemikiran politik Syiah Dua Belas Imam ini sebenarnya tidak paten. Akan tetapi berkembang secara metamorfosa. Karena pada mulanya, mereka meyakini bahwa bumi tidak mungkin dan tidak boleh kosong dari Imam yang maksum. Karena merekalah yang akan berperan sebagai hujjah (argumen) atas klaim kebenaran Allah, serta menjadi duta-Nya dalam menyampaikan wahyu kepada umat manusia pasca-meninggalnya Rasulullah[1]. Karena itu, mereka berkeyakinan bahwa para Imam dibekali dengan ilmu ladunni serta mendapatkan wahyu dari Allah melewati ilham.
Baca selengkapnya »Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Syiah Dua Belas Imam (Bagian ke-3)
Dengan meninggalnya Utsman, maka Islam terbagi menjadi dua kelompok: Kelompok Ali dan kelompok Muawiyah. Al-hizbu (kelompok) dalam bahasa Arab disebut Syiah, dengan demikian kelompok Ali berhadapan dengan kelompok Muawiyah. Namun setelah Muawiyah naik tahta khilafah, yang bukan sekadar pemimpin dari sebuah kelompok, maka istilah Syiah pada akhirnya hanya dipakai untuk menunjukkan pengikut Ali. Pemakaian term ini juga untuk membedakan dengan kelompok khawarij, yang merupakan lawan politiknya.
Baca selengkapnya »Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Syiah Dua Belas Imam (Bagian ke-2)
Hingga masa terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah dalam peristiwa as-Saqīfah di balairung Bani Sa`idah, belum terbentuk kubu di kalangan umat. Dalam artian; pada saat itu belum ada Islam Sunni atau Islam Syiah. Mereka adalah umat yang satu, dengan beragam ide dan gagasan. Merekapun bersatu padu dalam membangun, menyebarkan dan menegakkan agama Allah di muka bumi, meskipun terjadi beberapa perbedaan pendapat di antara mereka
Baca selengkapnya »Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Syiah Dua Belas Imam (Bagian ke-1)
Hampir seluruh ulama Syiah berpendapat bahwa Syiah muncul di zaman Rasul. Menurut Muhammad Husain az-Zain al-Amily[1] dan Makruf al-Husaini[2], Rasul adalah penebar benih pertama tasyayyu' (kesyi'ahan) serta penyemainya melalui perintah-perintah yang selalu ditaati. Rasul pula yang telah memberi kabar gembira bahwa Ali dan pengikutnya telah mendapatkan ridha dari Allah, akan masuk surga, dan berada di samping kiri dan kanan Nabi serta demikian pula Ahli Baitnya.
Baca selengkapnya »Pengertian Syiah (Bagian ke-3): Kesimpulan, Analisa, dan Komentar
Jika apa yang dimaksudkan dengan Syiah adalah mereka yang memiliki kecenderungan, dukungan, atau anggapan bahwa Imam Ali dan Ahli Bait lebih utama dalam memegang tampuk kepemimpinan pasca-Nabi Saw, seperti yang diungkap oleh Imam Asy'ari, Ibnu Hazm, Ibnu Khaldun, dari kalangan Ahli Sunnah, maupun Al-Qummi, an-Naubakhti serta Mufid, dari kalangan Syiah, maka kita dapat jumpai sejumlah Sahabat yang tidak terorganisir seperti Salman al-Farisi, al-Miqdad, Abu Dzar al-Ghifari, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin al-Awwam dan lain-lain, termasuk di dalamnya beberapa anggota dari Bani Hasyim yang memiliki kecenderungan, angan-angan dan pandangan bahwa Imam Ali adalah Sahabat yang paling layak untuk menjadi khalifah pasca-wafatnya Nabi Saw.
Baca selengkapnya »