Internasional

Fathimah yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris ini kemudian menulis status tentang kondisi Aleppo dengan me-mention presiden Turki, Erdogan, Menlu Turki dan presiden Obama. Dari ketiga orang tersebut, hanya presiden Obama yang tidak menanggapi statusnya.

Bana beserta ibunya, Fathimah yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris, membuka akun pribadi mereka di Twitter sejak tiga bulan lalu. Keduanya menuliskan kondisi tempat tinggal mereka di distrik Al-Qatarji, Aleppo timur. Termasuk juga kesulitan hidup yang dialami warga di kota itu. Melalui statusnya, ibu dan anak ini meminta agar pembantaian terhadap warga Aleppo dihentikan. Akun Bana, @AlabedBana hingga kini diikuti oleh 361.109 follower.

Ahmad Diri, anggota dewan dari propinsi Aleppo Suriah mengatakan, tentara Rusia, rezim Asad dan milisi pro Asad secara terus berusaha menggagalkan kesepakatan gencatan senjata. "Mereka terus menekan Kelompok Oposisi dengan mengganggu jalannya evakuasi warga sipil," jelas Diri.

Kesepakatan yang disebut dengan nama "Deklarasi Moskow" ini terdiri dari beberapa point, diantaranya adalah kesepahaman bahwa solusi untuk Suriah ditempuh melalui jalur politik dan bukan militer. Kemudian menghidupkan kembali aktifitas politik dan menyatukan kembali wilayah-wilayah di Suriah. Ketiga negara ini juga siap menjadi mediator untuk tercapainya kesepakatan antara rezim Asad dan kelompok Oposisi guna mengakhiri konflik yang terjadi selama ini.

Iran yang merupakan sekutu Rusia dan rezim Asad dalam penyerangan ke Aleppo merasa cemas dengan peristiwa ini. Mereka khawatir menjadi sasaran kemarahan rakyat Turki yang mengutuk pembantaian terhadap sipil Suriah di Aleppo.

Seperti dilansir laman arabi21.com, Senin (19/12/2016) 15 negara anggota DK PBB secara bulat mendukung resolusi yang meminta PBB dan lembaga-lembaga lainnya memantau situasi evakuasi di Aleppo timur secara tepat dan berimbang.

Pemimpin Turki ini juga menyampaikan tercapaianya kesepakatan dengan Putin untuk membentuk Tim Investigasi bersama terhadap kasus pembunuhan Dubes Rusia untuk Turki tersebut, disamping itu ia juga berjanji akan lebih ekstra mengamankan kantor kedubes Rusia.

Dalam sebuah pertemuan bersama dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan Direktur Intelijen Luar Negeri Sergei Naryshkin serta para pejabat lainnya, Putin mengatakan, "Kita harus mengetahui pihak yang berada dibalik aksi pembunuhan ini."

Kendati pelaku dalam aksinya nampak mengatasnamakan diri sendiri, namun para pegiat medsos di Turki membongkar identitas pelaku yang merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Atas milik kelompok Fethullah Gulen, yang selama ini dikenal sebagai kelompok teroris dan berusaha mengkudeta pemerintahan Turki beberapa bulan lalu.

Muhammad al-Zuwary adalah insinyur pesawat warga negara Tunisia yang dikenal kreatif. Belajar teknik dan pernah berprofesi sebagai pilot, serta hidup puluhan tahun diasingkan di sejumlah negara Arab sebelum kemudian kembali ke negara asalnya setelah Revolusi 2011 yang menumbangkan Zainal Abidin Bin Ali.