Eropa

Parlemen Negeri Belanda, menolak proposal yang diajukan oleh Partai Denk terkait krisis yang menimpa Muslim Rohingya. Parlemen menilai, permasalahan yang terjadi di Myanmar itu tidak cukup penting.

Debat yang diikuti petahana, Angela Merkel dan kompetitornya, Martin Schultz membahas berbagai isu, termasuk isu pengungsi.

Sebelumnya, Schultz menyebut Merkel akan menghambat upaya Turki bergabung ke UE jika menang sebagai Kanselir Jerman. Menggapi itu, Merkel mengatakan, “Sejatinya sudah sangat jelas, yaitu Turki tidak seharunya menjadi anggota Uni Eropa.”

Presiden Turki mengecam kekerasan terhadap umat muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar, melalui siaran khusus pada Minggu kemarin (27/8/2017). Recep Tayyip Erdogan, yang berbicara pada saluran berita pemerintah TRT Haber, juga mengkritik dunia internasional yang dinilai buta dan tuli terhadap konflik yang menyebabkan ratusan rakyat sipil Rakhine, Myanmar Barat, itu tewas.

Sebelumnya Menlu Jerman itu menyebutkan, “Turki tidak akan pernah menjadi anggota Uni Eropa (UE) selama dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan.”

Pertemuan di ibu kota Polandia, Warsawa, itu juga dihadiri oleh Sekretaris Jendral Pakta Pertahanan Atlantik Utara (Sekjen NATO).

Kementerian Luar Negeri Rusia merilis pada Rabu (23/8/2017) bahwa Menlu Rusia, Sergei Lavrov, akan melakukan kunjungan ke negara-negara teluk. Kunjungan ini akan dimulai pada tanggal 27 Agustus ke Doha. Selanjutnya secara beruturut-turut menuju ke UEA dan Kuwait. Kunjungan ini dilakukan untuk mengatasi krisis negara teluk yang masih berkepanjangan.

Lembaga studi kebijakan luar negeri asal Amerika (Foreign Policy Research Institute) dalam rilisnya menyebutkan sebab keseimbangan politik antara Turki dan Rusia.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengkritik bank dan lembaga keuangan di negaranya dan mengatakan, “Kami (pemerintah-red) menuntut untuk memotong suku bunga yang telah merampas harta para warga.”

Presiden Erdogan juga menyampaikan, pihaknya telah mengirimkan 4500 berkas dakwaan teroris kepada Kanselir Jerman, Angela Merkel. Katanya, “Kami telah mengirim 4500 berkas, tapi belum ada respon sama sekali.”