Asia

Kepala Pusat Kajian Palestina tersebut, Alaa Al-Rimawi mengatakan aksi penikaman telah menjadi pilihan perlawanan bagi generasi muda Palestina, dan itu terbukti dengan terjadinya aksi tersebut hampir setiap hari. Alaa kemudian menambahkan, terlebih dengan cara Israel yang menyebarkan foto-foto dari aksi keji mereka dalam mengeksekusi lapangan para pelaku penikaman, sehingga memancing kemarahan dari para pemuda Palestina dan termotivasi melakukan aksi serupa.

Pihak Israel pada hari Selasa kemarin telah melakukan penangkapan terhadap anak-anak di bawah umur, tepatnya di distrik Abbasiyah di kota Silwan. Tak lama kemudian aparat Israel melepaskan anak-anak itu kecuali si pemilik penggaris.

Para saksi mata mengatakan, sedikitnya tentara Israel menembakkan 8 peluru ke arah pemuda Palestina tersebut. Jasadnya kemudian dibiarkan terkapar di atas tanah selama setengah jam, sehingga jiwanya tidak dapat tertolong.

Sekelompok pemukim Yahudi, Selasa (27/10/2015) hari ini, kembali memasuki dan menistakan kawasan Masjidil Aqsha di bawah pengawalan ketat polisi dan militer Israel. Mereka merangsek masuk melalui pintu gerbang Marokko.

Departemen pertahanan Rusia membenarkan adanya salah satu anggota pasukan udaranya di Suriah yang bunuh diri. Personil itu bertugas di pangkalan udara Hmeimeem, Latakia, Suriah.

Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam, dan tanah suci ketiga setelah kota Makkah Al-Mukarramah dan Al-Madinah Al-Munawwarah. Setiap Muslim di seluruh dunia pasti merindukan berkunjung dan mendirikan shalat di tempat Rasulullah saw. Namun hingga kini, tanah suci ini masih dijajah oleh bangsa Yahudi.

ISIS menyatakan bertanggung jawab atas ledakan bom yang dilakukan di sebuah masjid di daerah Najran, Arab Saudi bagian selatan, Senin (26/10/2015) kemarin. Dua orang meninggal dunia, dan beberapa lainnya luka-luka.

Para politisi dan pengamat mengecam kunjungan Menlu Oman baru-baru ini ke Suriah dan menemui Bashar Al-Asad, menilai kunjungan itu atas restu AS untuk menyelamatkan rezim diktator di negara yang dilanda peperangan itu.

Mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair, membutuhkan waktu 12 tahun untuk mengatakan bahwa perang Irak (2003) yang mengorbankan ratusan ribu jiwa dan menghancurluluhkan sebuah negara, didasarkan kepada informasi intelijen yang salah.

Laporan tersebut juga menyebutkan 23% dari korban adalah anak-anak, atau sekitar 14 orang. Secara rinci disebutkan jumlah mereka yang syahid asal Al-Quds sebanyak 43 orang, asal Jalur Gaza 17 orang dan 1 orang asal Palestina 48.