Asia

Keputusan pembekuan perundingan ini disampaikan karena tentara rezim Asad masih menyerang lembah Barda, yang juga menjadi pusat suplai air minum bagi warga di ibukota Damaskus, Suriah yang dikuasai rezim. Seperti dikutip situs aljazeera.net, Senin (2/1/2017).

Foto pelaku akhirnya berhasil didapat dari kamera pengawas CCTV yang ada di lokasi kejadian. Menurut pihak Turki wajah teroris yang diambil dari kamera pengawas itu nampak jelas sehingga dapat mempermudah pencarian.

Sedangkan dalam cuplikan video kedua Hamas memberikan pesan, "Keputusan ada di pemerintah" yang mengisyaratkan kunci kebebasan Aaron berada di tangan otoritas Zionis Israel. Bila ingin tentaranya bebas maka Zionis harus memenuhi syarat yang diajukan Hamas.

Menanggapi hal ini pihak Hamas menegaskan tidak akan bergeser dari sikap mereka untuk terus melakukan perlawanan. Dan mengatakan cara seperti ini tidak akan mempengaruhi mereka untuk tetap menawan tentara Israel dan memastikan bahwa tidak ada pilihan bagi Zionis selain mematuhi syarat dari Hamas.

Ia juga mengatakan hingga kini pihak Hamas terus meningkatkan kapasitas militernya. Menurutnya pertempuran nanti dapat meletus kapan saja, bisa berawal dari peristiwa lokal atau dampak dari buruk dan tertekannya perekonomian di Gaza hingga meledak menjadi peperangan.

Dalam rilisnya ISIS mengatakan, "Operasi suci yang dilancarkan Negara Islam terhadap negara pelindung Salib, Turki terus berlangsung. Seorang tentara Khilafah telah berhasil menyerang salah satu klub malam ternama, dimana orang-orang Nashrani sedang merayakan hari raya mereka."

Secara rinci disebutkan, bahwa mereka yang tewas akibat serangan militer sebanyak 1.129 orang pengungsi. Sedangkan yang tewas akibat kontak senjata antara tentara rezim Asad dengan kelompok Oposisi sebanayk 824 orang.

Persidangan terhadap tawanan perempuan termuda ini ditunda hingga tanggal 2/2/2017. Seyogyanya vonis terhadap Shweiki akan segera dikeluarkan namun karena belum ada laporan dari "polisi adab" Israel akhirnya keputusan ditunda.

Hingga kini para tentara Israel tersebut masih dicari tahu nasibnya oleh pemerintah Netanyahu, dan pihak keluarga tawanan terus memberikan tekanan kepada otoritas Zionis agar putra mereka dibebaskan.