Amerika

Rezim Suriah bereaksi dengan menyesalkan serangan AS, Inggris dan Prancis ke Damaskus. Di sisi lain, rezim mengklaim beberapa serangan tiga negara itu mengalami kegagalan.

Dalam keterangan resminya, Rusia menyebut AS sebagai negara yang memiliki persenjataan kimia terbesar, tak punya hak moral untuk mengurusi negara lain. Rusia juga menuntut Washington, London dan Paris untuk bertanggung jawab.

Gedung Putih dan Kemenlu AS, mengaku punya cukup bukti penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah. Seperti Diketahui, Sabtu (07/4) lalu pasukan rezim melakukan serangan ke kota Douma, yang diduga menggunakan senjata kimia.

Menhan AS James Mattis menyatakan, tidak ada perluasan target dalam penyerangan yang bertujuan memberantas persenjataan kimia milik rezim Suriah itu.

Amerika Serikat, Inggris dan Prancis mulai melancarkan serangan ke Suriah. Ketiga sekutu ini menegaskan, serangan hanya menargetkan tempat-tempat yang terkait dengan persenjataan kimia milik rezim Suriah.

Trump mengatakan, tujuan operasi militer adalah untuk mencegah penggunaan senjata kimia lebih lanjut. Sementara PM Inggris Theresa May menyatakan, operasi militer ini bersifat terbatas dengan target tertentu.

Pada akhir tulisan dikatakan bahwa situasi di Suriah menunjukkan lemahnya fondasi perdamaian internasional. Terutama ketika keseimbangan kekuatan terpecah.

Terakhir surat kabar menyebut misi menyingkirkan Rusia dari Timur Tengah merupakan keberhasilan yang menunjukkan kedudukan sesungguhnya AS dalam 'Perang Dingin'.

Pernyataan itu disampaikan oleh Profesor Ali Erbas, Kepala Urusan Agama Turki melalui pesan gambar dalam rangka memperingati salah satu hari besar Islam tersebut. Bahkan, di malam yang mulia itu Erbas juga berharap agar penindasan dan penjajahan Israel terhadap Masjidil Aqsha segera berakhir.

Menurut sumber yang enggan disebut identitasnya, delapan titik itu termasuk dua bandara militer, pusat penelitian dan gudang senjata kimia.