Bahkan, Uskup juga menyampaikan tujuannya menyampaikan pesan kepada Suu Kyi. Menurutnya, rasa kesedihan mendalam atas penderitaan Muslim Rohingya lah yang melatar belakangi sikapnya.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Mohammad Javad Zarif, turut melontarkan pernyataan atas tragedi Rohingya. Menurutnya, masyarakat internasional harus segera bertindak menghentikan tindak kekerasan yang menimpa Muslim Rohingya.

Syaikh Al-Qaradhawi juga mengingatkan kewajiban untuk saling membantu saudara seiman. Katanya, “Islam memerintahkan kita untuk menolong saudara kita yang terzalimi, bahkan dengan perang sekalipun. Untuk menunjukkan kezaliman, dan menghilangkan permusuhan.”

Dilansir dari Aljazeera.net, selain itu proyek juga dibarengi dengan penambahan jumlah kaum Yahudi di wilayah Tepi Barat. Semua itu dimaksudkan untuk mencegah berdirinya negara Palestina berdaulat.

Pernyataan Presiden Macron ini bertolak belakang dengan pernyataan Kanselir Jerman, Angela Merkel. Sebelumnya, Merkel menyebut pembahasan keanggotaan Turki di UE harus dihentikan.

Dilansir dari aa.com.tr/ar, Menlu menyatakan sikap negaranya terhadap permasalahan Palestina. Selain itu juga menegaskan keberlanjutan dukungan negaranya pada Jalur Gaza dan upaya mencapai rekonsiliasi di Palestina.

Badan yang berafiliasi dengan Perdana Menteri Turki itu menjelaskan, bantuan kemanusiaan mencakup bahan makanan dan pakaian.

Turki tidak hanya lantang menyuarakan hak-hak Muslim Rohingya di seantero dunia. Lebih dari itu, mereka juga melakukan langkah-langkah nyata untuk penyelesaian krisis.

Parlemen Negeri Belanda, menolak proposal yang diajukan oleh Partai Denk terkait krisis yang menimpa Muslim Rohingya. Parlemen menilai, permasalahan yang terjadi di Myanmar itu tidak cukup penting.

Menurut pemerintahan yang berpusat di Teheran itu, setelah pelaksanaan haji adalah waktu yang tepat untuk mulai perundingan kedua negara.