Sementara itu, Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas menyatakan, Washington sama sekali tidak berkontribusi dalam proses perdamaian.

Sebelumnya, media-media AS memberitakan rencana Pence untuk mengunjungi Mesir dan Israel pada akhir bulan ini.

Pernyataan Pyongyang diakhiri dengan menyatakan, “Kami mengecam keras tindakan AS dan memberikan dukungan serta solidaritas kami pada seluruh rakyat Palestina dan Arab lainnya, dalam memperjuangkan hak-hak konstitusional mereka.”

Dalam surat tersebut, rakyat AS diminta untuk waspada terhadap demonstrasi massa yang menolak keputusan Presiden Donald Trump mengakui Al-Quds sebagai ibukota bagi Israel.

Selain itu, Khan juga menyeru pada dunia untuk mendesak Trump agar menyadari kesalahan dari putusannya tersebut.

Selain itu, Haniyah juga mendesak Otoritas Palestina untuk keluar dari Perjanjian Oslo serta menghentikan koordinasi keamanan dengan Israel.

Juru bicara Kemenlu Irak dalam keterangannya menyatakan, pihaknya telah memanggil dubes AS di Baghdad untuk menyampaikan nota protes.

Selain itu, Sudan juga menekankan pentingnya tindakan praktis yang jauh dari sekedar kecaman dan pengingkaran.

Aksi massa mewarnai jalanan kota-kota di Palestina sebagai ungkapan kemarahan dan penolakan keputusan Trump terkait status Kota Al-Quds. Namun, lagi-lagi aksi massa ini harus menghadapi tindakan represif yang dilakukan oleh pasukan zionis Israel.

“Para pemimpin politik bekerja untuk perbaikan, bukan memicu kekacauan,” kata Erdogan.