Saya memulai hari ketika para tetangga yang sebagian besar mahasiswa lokal masih asyik bermain peran dalam mimpi mereka. Calon penerus bangsa Han tersebut masih terbuai nyaman di balik selimut tebal dan beralas kasur empuk. Ternyata angin bulan September cukup berhasil meninabobokan seluruh anak manusia bermata sipit itu hingga pukul 8 pagi. Kadang kala saya juga mengikuti kebiasaan mereka untuk sekedar menghangatkan badan sembari menunggu sang raja siang.
Baca selengkapnya »