Menurut lembaga tersebut, pengadilan Mesir telah memberikan vonis yang salah dan tidak memahami definisi teroris, dalam hal ini perlawanan Palestina bukanlah bentuk dari terorisme yang dimaksud dari undang-undang internasional.

Kelompok-kelompok pejuang Palestina ini menilai, sikap Mesir yang menyebut Hamas sebagai teroris tentu sangat diapresiasi oleh penjajah Israel. Kesempatan seperti ini tentu akan dimanfaatkan oleh Israel untuk memprovokasi dan menyerang faksi-faksi perlawanan yang ada di Palestina serta memperkuat blokade terhadap Jalur Gaza.

Sedangkan sumber dari pihak Jihad Islami mengatakan, baik Shallah maupun Haniah keduanya telah melakukan komunikasi untuk sama-sama berjuang mengeluarkan Palestina dari berbagai macam kesulitan. Kedua pihak menurut sumber tesebut sepakat untuk merapatkan barisan, menyatukan sikap faksi perlawanan Palestina, dan juga memperkuat kembali hubungan Palestina dengan Mesir.

Sami Abu Zuhri mengatakan keputusan pengadilan Mesir yang memasukan Hamas ke dalam list teroris, hakekatnya telah menyingkirkan negeri itu dari posisinya selama ini sebagai mediator Palestina dengan Israel.

Dari rekaman-rekaman tersebut, As-Sisi diketahui selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan di era Mursi telah melakukan pengkhianatan bersama gerakan Tamarrud, mereka melakukan kudeta terhadap presiden yang sah. Bukan hanya itu, mereka juga bekerjasama dengan pihak Emirat untuk melakukan kejahatan ini.

Petinggi gerakan Hamas yang berpidato dalam acara aksi tersebut, Shalah Bardawel mengatakan, keputusan pengadilan Mesir ini menunjukkan bentuk pelayanan Mesir terhadap PM. Israel, Netanyahu. Putusan pengadilan ini baginya hanyalah strategi untuk menaikkan rating Netanyahu yang kini tengah berkampanye untuk meraup banyak dukungan suara dalam pemilu yang akan digelar pada bulan Maret ini.

Pengadilan pidana Kairo yang terletak di Akademi Kepolisian, Turroh Mesir pada hari Sabtu (28/2/2014) mengeluarkan vonis hukuman mati terhadap empat orang petinggi Ikhwanul Muslimin. Disamping itu, pengadilan rezim kudeta Mesir ini juga menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup terhadap 13 orang petinggi dari Ikhwanul Muslimin dalam kasus "peristiwa Maktab Al-Irsyad".

Menanggapi hal tersebut pihak Hamas melalui akun resminya di jejaring sosial, Twitter menuliskan, keputusan pengadilan Mesir yang menyebut Hamas merupakan organisasi teroris adalah hal yang memalukan, yang mencemari reputasi bangsa Mesir.

Melihat kondisi negerinya semakin buruk, Ghada kemudian mengakui kesalahannya selam ini yang menuduh presiden Mursi sebagai pengkhianat negara dan ia meminta maaf walaupun hal itu ia rasa sudah sangat terlambat.

Masih menurut sumber tersebut, selang beberapa jam setelah keempat orang tersebut menyerahkan diri, mereka langsung ditembak mati oleh tentara rezim Asad. Adapun istri-istri mereka tidak dibebaskan dan masih berada di dalam penjara hingga sekarang.