Perlawanan rakyat yang dikenal dengan nama "Intifadhah Al-Quds" ini meletus sejak awal bulan Oktober 2015 dampak dari serangan yang dilakukan penjajah Israel terhadap masjid suci Al-Aqsha.

dakwatuna.com – Al-Quds Media berbahasa ibrani milik Israel memberitakan aparat Israel menembak mati seorang warga Palestina dengan tuduhan berusaha menikam tentara Israel dan pemukim ilegal Yahudi yang ada di kota terjajah Al-Quds. Seperti dikutip laman safa.ps, hari ini Rabu (14/10/2015) sumber channel 7 Israel melaporkan seorang pemuda Palestina tewas setelah ditembus peluru …

Mushir Al-Masri, petinggi di gerakan perlawanan Islam Hamas menegaskan, Intifadhah Al-Quds kini sudah dimulai dan merata terjadi di pelosok negeri Palestina. Ia juga mengatakan wajib bagi warga Palestina untuk mengambil peran dalam aksi intifadhah ketiga kali ini.

Menurutnya apa yang terjadi di dalam wilayah pendudukan Israel saat ini tidak lepas dari kezaliman yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina. "Ini adalah dampak dari penistaan yang dilakukan penjajah Israel setiap harinya terhadap rumah suci kaum Muslimin dan Nashrani di Al-Quds, dan kezaliman itu dipertontonkan di hadapan dunia internasional," jelas Yusuf.

Korban luka tersebut terdiri dari 76 orang korban tertembak peluru tajam, 344 orang tertembak peluru karet, 384 korban terkena bom gas, 20 korban akibat kekerasan fisik yang dilakukan aparat penjajah Israel dan pemukim ilegal Yahudi.

Seperti dikutip laman safa.ps, total korban syahid dari pihak Palestina hingga hari kedelapan ini sebanyak 7 orang dan korban luka sebanyak 790 orang. Sedangkan di pihak Israel, tercatat 4 orang Israel dikabarkan tewas, terdiri dari 2 tentara dan 2 pemukil ilegal Yahudi, disamping itu puluhan orang dari mereka juga dikabari mengalami luka-luka.

Para pegiat medsos mengkritisi foto ini karena terlihat sangat berlebihan. Nampak peti jenazah disambut dengan petugas berkostum anti virus seakan memberi pesan mencurigakan terhadap peti jenazah yang dibawa oleh maskapai Saudi Arabian Airlines ini. Seperti dikutip laman Islammemo.cc, Kamis (8/10/2015).

Dari hasil pertemuan yang melibatkan petinggi militer dan Dewan Menteri Israel ini Netanyahu memerintahkan aparat Israel untuk melarang anggota parlemen dan menteri masuk ke komplek Al-Aqsha hingga menunggu kebijakan selanjutnya