Dalam rilisnya lembaga tersebut menyebutkan, aksi-aksi perlawanan yang variatif dalam Intifadhah Al-Quds kali ini bisa disebut sebagai bentuk perlawanan yang belum pernah terjadi di sejarah perlawanan Palestina sebelumnya.

Ia kemudian menegaskan, pihaknya masih menunggu permintaan maaf dari Turki dan ganti rugi dari pesawat tempur yang ditembak beberapa hari lalu.

Menlu Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, pemerintah Rusia telah mengumumkan pada hari Rabu (25/11/2015) kemarin, bahwa pihaknya tidak ada niatan untuk menggelar perang dengan Turki.

Ia kemudian mengatakan apa yang menimpa Palestina khususnya blokade terhadap Jalur Gaza harus segera diakhiri. "Jalur Gaza saat ini berubah menjadi penjara terbesar karena pemberlakuan blokade. Kondisi ini harus dihentikan," jelas Erdogan

Empat orang tentara Israel dilaporkan terluka, seorang diataranya dalam kondisi kritis setelah ditabarkan kendaraan yang dikemudikan warga Palestina. Aksi tabrak yang menjadi bagian dari Intifadhah Al-Quds itu terjadi di dekat perbatasan Nafukh, selatan kota Nablus. Selasa pagi (24/11/2015) kemarin.

Lebih lanjut dijelaskan, Rusia akan menembak jatuh pesawat manapun yang menembus perbatasan Suriah, karena hal itu dinilai mengancam keberadaan tentara mereka di sana.

Dalam laporannya majalah yang terbit di Amerika ini menyimpulkan, sebagai anggota dari NATO, Turki memiliki dukungan yang kuat secara militer. Maka apabila Rusia menyerang Turki, NATO dengan seluruh anggotanya juga akan memberikan perlawanan. Tidak mustahil kondisi ini akan menjadi cikal bakal dari meletusnya perang dunia ketiga.

Jumlah warga Palestina yang gugur sepanjang intifadhah meletus kini mencapai 97 orang. Diantara mereka yang gugur terdapat 17 orang anak-anak dan 4 orang ibu-ibu. Seperti dilansir laman alqassam.ps.

Menteri Perang Israel, Moshe Yaalon mengeluarkan empat keputusan penting terkait upaya menghentikan Intifadhah Al-Quds. Intifadhah yang merupakan aksi perlawanan rakyat Palestina itu kini memasuki bulan kedua dan dinilai sangat menyulitkan Israel