Abdurrahman, Maradona cilik yang bersinar di klub AL-Wakra SC, Qatar terus mengasah kemampuannya demi membawa harus nama Indonesia
Baca selengkapnya »The Journey Pangandaran-Qatar: Noban
Lamunanku terus menerawang membumbung menerobos langit-langit rumah tatkala pertama kali dia membuka amplop dari pegawai Tata Usaha (TU) Puskesmas. Harapan dia bekerja di Puskesmas Pangandaran, selain mencari pengalaman dan bisa komunikasi Inggris dengan turis asing.
Baca selengkapnya »The Journey Pangandaran-Qatar: Gadis Pujaan
Meski perubahan sikap Parman yang merasa tersaingi tidak menjadikanku memutuskan tali persaudaraan. Hal yang memperburuk keadaan ketika gadis pujaan Parman di Kampus jatuh hati samaku. Ami gadis tinggi langsing berkulit putih sering bertandang mengunjungi rumahku.
Baca selengkapnya »The Journey Pangandaran-Qatar: Becak, si Kuda Besi
Becak terjungkir ke parit. Tubuhku serta-merta terlempar ke udara. Si Emang juga terjerambab masuk parit yang berada di bahu jalan sebelah kiri. Roda belakang beca berputar-putar. Aku meringis kesakitan. Tukang becak memegangi kepalanya sambil melotot karena terbentur atap kabin becak.
Baca selengkapnya »The Journey Pangandaran-Qatar: Dunia Tak Selebar Daun Kelor
Wanita jaman sekarang sudah terpengaruh sinetron-sinetron. Hidup gelamor dan berpaham kebendaan. Cewek matre loe! Ke laut aje! Dunia tak selebar daun kelor. Selagi di pasar banyak dijual rok, berarti masih banyak perempuan.
Baca selengkapnya »Emas yang Hilang
Seusai enam minggu penempatan kerja di Pasar Panas. Aku dapat panggilan interview dari perusahaan yang berkantor di Jl.Gatot Subroto. Setiba di Jakarta, esoknya aku melakukan wawancara dan alhamdulillah keterima. Gaji lumayan tiga kali lebih besar dibanding dengan penghasilan sekarang. Akhirnya aku mengundurkan diri dari perusahaan lamaku. Kehilangan kesempatan laksana emas yang hilang begitu saja. Semenjak itu aku bertekad di mana pun aku berada, kalau ada tes ke luar negeri aku akan berjuang untuk menghadirinya meskipun harus menghadapi resiko berat sekali pun.
Baca selengkapnya »Emas yang Datang
Bukan main senang hatiku meluap-luap melebihi mendapatkan berlian satu keranjang. Ini adalah peluang emas yang datang kembali. Impian yang sempat tertunda. Sempat aku merasa frustasi karena dulu tak bisa menghandiri interview karena lagi ditugaskan di Site Kalsel. Mulutku terus menerus mengucapkan kata alhamdulillah sambil mengelus-ngelus dada. Di balik misteri kegagalanku tahun 2004 kini terbayar di tahun 2006 setelah menikah. Kontan aku langsung menelpon istriku.
Baca selengkapnya »‘Amolongo!’ Sapaku
Sudah menjadi tradisi penduduk lokal, jika melewati orang yang sedang duduk harus mengucapkan kata Amolongo (bentuk jamak dari Amole!). Sapaan tersebut sebagai bentuk penghargaan atau pun salam. Setelah mata terasa ngantuk, Ujang dan Tyo balik ke barak. Suasana barak memang lumayan luas. Ada dua tempat tidur susun dan empat loker kecil. Sementara di dekat meja ada pemanas ruangan. Meski memakai hiter, Ujang dan Tyo menggigil kedinginan. Baju dobel, kaos kaki dan kupluk adalah pakaian wajib setiap malam.
Baca selengkapnya »Dua Puluh Ribu Perak
Suatu hari aku dan teman-teman dipanggil satu persatu ke ruang Tata Usaha (TU). Kulihat beberapa amplop di atas meja. Seorang petugas TU memberikan amplop itu. ‘’Jangan dilihat isinya. Ini sebagai tanda kasih sayang dari kami.’’ ‘’Terima kasih pak.’’ Dengan girang aku menerima gaji pertamaku. Harapanku pasti uang ini jumlahnya lumayan. Karena Pangandaran kota wisata, mungkin honor sekitar dua ratus ribuan. Pas dibuka uang sebesar dua puluh ribu perak.
Baca selengkapnya »The Journey Pangandaran-Qatar: Karang Salam
Tanpa ada jawaban, berandal tengik itu pergi terhuyung-huyung meninggalkan tempat itu. Semangkuk mie ayam habis dilahapku. Sebotol Teh Botol melicinkan tenggorokan ini. ‘’Euuuu......Berapa Mang?’’ Tanyaku.
Baca selengkapnya »