Hal tersebut disampaikan oleh salah satu anggota UNAMI, Radhika Coomaraswamy saat wawancara dengan kantor berita Anadolu.
“Data yang diperoleh UNAMI selama penyelidikan menunjukkan unsur militer Myanmar melakukan kekejaman terhadap anak-anak Rohingya,” kata Coomaraswamy, seperti dikutip dari Anadolu Arabic, Selasa (12/02/2019).
“Banyak anak-anak yang dipisahkan dari orangtua mereka, sebagian lagi bahkan ada yang dibakar hidup-hidup. Ini sangat menyedihkan,” imbuhnya.
Selanjutnya, Coomaraswamy juga mengajak dunia internasional untuk memboikot Myanmar. Hal ini menyusul banyaknya laporan yang menyebut Militer Myanmar dan ekstremis Budha melakukan pembersihan etnis terhadap Muslim Rohingya.
Tak hanya itu, Coomaraswamy juga menyebut adanya peningkatan Muslim Rohingya yang melarikan dari dari negara bagian Rakhine. Menurutnya, warga yang melarikan diri jumlahnya mencapai 250-300 ribu orang.
Sementara kondisi di pengungsian Cox’s Bazar juga tidak baik bagi pengungsi Rohingya.
“Para pemuda (Rohingya) tidak memiliki pekerjaan, karena mereka tidak dapat bergerak di luar Cox’s Bazar. Mereka hanya duduk sepanjang hari, dan mereka dalam keadaan yang menyedihkan,” ujar Coomaraswamy. (whc/dakwatuna)
Redaktur: William
Beri Nilai: