Dalam artikel berjudul ‘Time to break the silence on Palestine’ (Saatnya Memecah Kesunyian di Palestina, red) tersebut, Alexander mendesak masyarakat internasional untuk bersuara atas ‘ketidakadilan zaman ini’.
Ia juga mencontohkan Martin Luther King Jr yang berani dengan lantang menentang perang di Vietnam, karena dinilainya tidak adil.
“… jadi, jika kita ingin menghormati pesan Luther King dan bukan hanya lelaki itu, kita harus mengutuk tindakan Israel: pelanggaran tak henti-hentinya terhadap hukum internasional, pendudukan berkelanjutan Tepi Barat, Al-Quds Timur, dan Gaza, pembongkaran rumah dan penyitaan tanah,” tulis Alexander.
“Kita harus berteriak atas perlakuan terhadap warga Palestina di pos-pos pemeriksaan, penghancuran rutin rumah mereka dan pembatasan pergerakan mereka, dan akses yang sangat terbatas ke perumahan, sekolah, makanan, rumah sakit dan air yang sangat terbatas yang mereka hadapi,” tegasnya.
Dilansir dari kantor berita Anadolu, Senin (21/01/2019), Alexander telah menjabat sebagai profesor di beberapa universitas, termasuk Stanford Law School, tempat ia menjadi profesor hukum dan memimpin Klinik Hak Sipil. Ia kemudian bergabung dengan NY Times pada tahun 2018. (whc/dakwatuna)
Redaktur: William
Beri Nilai: