Menurut al-Maghamsi pada Ahad (21/10), perbuatan staf di Konsulat Saudi di Istanbul dan para misi intelijen terhadap Khashoggi melampaui batas kewenangan mereka. Ia menyebutkan, hal itu sama dengan keputusan Khalid bin Walid membunuh Malik bin Nuwayrah saat Perang Riddah.
Al-Maghamsi menjelaskan, tindakan sahabat Khalid bin Walid saat itu melampaui batas kewenangannya. Hal itu karena Khalid tidak diberi tugas tersebut oleh Khaifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Lebih lanjut, dai muda itu juga menyebut Khashoggi tidak melakukan kejahatan yang membuatnya harus dibunuh. Maka yang melakukan kesalahan adalah panel yang menegosiasi Khashoggi.
Itulah sebabnya mengapa Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud membebankan tanggung jawab kepada para tim panel tersebut, imbuh al-Maghamsi. Negara Saudi, lanjutnya, juga tidak sependapat dengan keputusan mereka membunuh Khashoggi.
Namun ternyata, pendapat al-Maghamsi yang menyamakan pembunuhan dengan tindakan Khalid dibantah warganet. Seorang pemilik akun @LoveLiberty menyebut tindakan Khalid berbeda karena merupakan bagian dari ijtihad perang.
“Tindakan Khalid membunuh Malik itu ijtihad dalam perang. Ada perselisihan antara sejarawan Islam dan para ulama terkait validitas ijtihad ini. Serta apakah Malik itu kafir atau Muslim, apakah bisa disamakan, Al-Maghamsi? Tentu tidak!,” tulisnya. (whc/dakwatuna)