Oxfam menyebutkan, pada sembilan hari pertama di bulan itu saja ada 450 warga sipil tewas, termasuk 131 anak-anak. Sementara tanggal 31 Agustus saja, lebih dari 981 warga sipil tewas, di mana 300nya adalah anak-anak.
Direktur Oxfam di Yaman, Muhsin Sadiqi mengatakan, pembunuhan dan penargetan warga sipil di negara itu “bab paling memalukan dari pembicaraan diplomatik ganda, penipuan dan kemunafikan yang mencolok.”
Ia menambahkan, “Berapa banyak anak harus dibunuh sebelum pendukung perang ini mengakui keterlibatan mereka dan bersedia bertanggung jawab? Kejahatan perang dilakukan secara teratur.”
“Para pelaku dan semua orang yang terlibat dalam pembantaian ini harus bertanggung jawab. Situasi seperti ini harus segera dhentikan.”
Selain itu, Sadiqi juga mengomentari pembicaraan Jenewa yang diikuti semua pihak yang terkait.
“Yaman berada di ambang kehancuran,” katanya. “Perang harus diakhiri dan biarkan negeri ini berjalan dengan damai. Pembicaraan yang digelar di Jenewa pekan ini harus disambut baik, tapi perang harus berhenti,” pungkasnya.
Oxfam adalah organisasi nirlaba dari Inggris yang berfokus pada pembangunan penanggulangan bencana dan advokasi, bekerja sama dengan mitra lainnya untuk mengurangi penderitaan di seluruh dunia. (whc/dakwatuna)
Redaktur: William
Beri Nilai: