Dalam sebuah artikel yang dimuat majalah AS, Foreign Policy dijelaskan tentang sikap Trump. Di awal krisis, Trump menyebut negara-negara Islam yang berkumpul di Riyadh pada Mei 2017, tidak mentolerir pendanaan terorisme, dan semuanya menunjuk Qatar.
Satu tahun berlalu, Trump menyampaikan pernyataan yang membantah pernyataan sebelumnya. Saat pertemuan dengan Emir Qatar April lalu, Trump mengecam Saudi dengan pendanaan teroris, serta mengapresiasi peran Qatar dalam pemberantasannya.
Reputasi keempat negara pemboikot hancur lebur. Sementara tudingan mereka tentang dukungan Qatar untuk teroris di Suriah dan Libya justru menjadi bumerang. Doha berhasil membuktikan bahwa tudingan itu hanya propaganda yang dilakukan Saudi.
Dalam artikel disebut keberhasilan Qatar juga berasal dari agresifitas Saudi di bawah Pangeran Muhammad bin Salman. Agresifitas di Yaman dan lainnya, serta di internal kerajaan, memberi peluang bagi Qatar untuk menggambarkan permusuhan Saudi dalam skala regional.
Para pemimpin negara pemboikot mengakui diam-diam akan keberhasilan Qatar ini. Hal ini merujuk pernyataan seorang pejabat mereka yang menyebut Qatar memainkan kartunya dengan benar. Pejabat menambahkan, kampanye permusuhan Saudi terhadap Qatar yang kecil, justru mengundang empati negara-negara lain pada Doha. (whc/dakwatuna)
Redaktur: William
Beri Nilai: