dakwatuna.com – Washington. Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman Al Saud, menyarankan agar pasukan AS tetap berada di Suriah. Menurutnya, keberadaan Washington akan meminimalisir pengaruh Iran.
Selain itu, saat wawancara dengan Majalah TIME, Bin Salman berpendapat bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad harus tetap berkuasa. Namun ia berharap Assad tidak menjadi boneka bagi Iran, seperti dilansir Aljazeera.net, Sabtu (31/03/2018).
Hasil wawancara itu dipublikasikan majalah TIME pada Jumat (30/03) kemarin. Bin Salman menyebutkan, dirinya tidak melihat urgensi Assad harus turun jabatan.
“Bashar tetap (presiden, red). Tapi aku pikir penting baginya untuk tidak membiarkan Iran melakukan semua yang mereka kehendaki,” katanya.
Lebih lanjut, Bin Salman juga berharap agar pasukan AS tetap beroperasi di Suriah. “Kita meyakini bahwa pasukan AS akan tetap berada di sana. Minimal untuk jangka menengah jika tidak dalam jangka panjang,” imbuhnya.
Masih menurut Bin Salman, keberadaan pasukan AS menjadi bagian dari upaya mencegah perluasan pengaruh Iran. Selain juga untuk memastikan Washington punya peran dalam menentukan masa depan Suriah.
Pernyataan Bin Salman ini diungkapkan beberapa jam setelah pengumuman Presiden Donald Trump terkait masa depan pasukan AS di Suriah. Menurut Trump pasukannya akan segera angkat kaki dari sana.
Bulan Sabit Syiah
Pada kesempatan tersebut, Bin Salman juga membahas soal ‘Bulan Sabit Syiah’. Menurutnya, Iran akan membangun hubungan darat dari Beirut ke Teheran melalui Irak dan Suriah. Hal itu akan terwujud dengan bantuan para milisi Syiah, katanya. (whc/dakwatuna)
Sumber: Aljazeera
Redaktur: William
Beri Nilai: