dakwatuna.com – Washington. Perdana Menteri (PM) Zionis Israel, Benyamin Netanyahu melakukan kunjungan ke Washington. Selain bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ia juga berbicara di hadapan anggota Komite Kebijakan Publik Israel-AS (AIPAC), Selasa (06/03).
Dilansir Aljazeera.net, Rabu (07/03), Netanyahu menyampaikan banyak hal kepada anggota AIPAC terkait kemesraan Israel-AS. Ia menegaskan, kondisi keamanan dan ekonomi negaranya jauh lebih baik dari waktu sebelumnya. Selain itu, hubungan Israel-AS saat ini juga tengah mencapai puncak keemasan, lanjutnya.
Sementara saat bertemu Trump, keduanya tampak saling memuji satu sama lain. Bahkan, Trump menegaskan bahwa kota suci Al-Quds telah dihilangkan dari poin perundingan damai. Hal itu, imbuhnya, dampak dari pengakuan resmi terkait Al-Quds sebagai ibukota Israel.
Pernyataan Trump itu tentu mengundang respon keras dari berbagai pihak, termasuk Direktur Pusat Penelitian di Ramallah, Hani el-Masri. Menurutnya, tidak akan pernah ada perundingan damai antara Palestina-Israel tanpa disertakannya poin Al-Quds.
Lebih lanjut, el-Masri juga membeberkan upaya-upaya untuk menggagalkan perundingan damai dari waktu ke waktu yang dilakukan oleh Israel.
Selain itu, el-Masri juga menyoroti pengumuman Israel yang menyebut Al-Quds adalah milik mereka seutuhnya. Hal itu merongrong semua asas perundingan, katanya.
Lebih lanjut el-Masri juga menyebutkan sikap dunia internasional seperti DK PBB, Majelis Umum dan maraknya demonstrasi di berbagai negara. Ia menilai, fenomena itu merupakan bukti superioritas permasalahan Al-Quds secara moral. (whc/dakwatuna)
Sumber: Aljazeera