dakwatuna.com – Saat ini kapitalisme telah merasuki sendi-sendi kehidupan kita. Dia telah terlalu jauh masuk dalam pikiran kita, sehingga tidak kita sadari telah mengubah menjadi perilaku bahkan karakter kita sehari-hari. Makanya tidak heran jika masyarakat Indonesia saat ini berbeda dengan masyarakat dahulu yang sangat cinta dan bangga dengan tanah airnya.
Perilaku Masyarakat Indonesia saat ini lebih Individual dan konsumtif, sehingga banyak dimanfaatkan untuk dijadikan target sasaran pasar bagi industri-industri asing. Hal ini wajar adanya karena produk yang dipasarkan di Indonesia kebanyakan mendapatkan respon yang positif dari konsumen masyarakat Indonesia itu sendiri.
Telah banyak bukti yang mengatakan bahwa masyarakat Indonesia saat ini lebih berpihak terhadap korporasi barat. Seperti pada produk-produk dalam negeri yang saat ini kalah saing dengan produk asing yang lebih banyak masuk ke Indonesia yang sudah seharusnya produk Indonesia menjadi tuan rumahnya, tapi ini justru kebalikannya.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Nilai impor Indonesia Februari 2016 mencapai US$10,16 miliar atau turun 2,91 persen apabila dibandingkan Januari 2016, demikian pula apabila dibanding Februari 2015 turun 11,71 persen.
Secara kumulatif nilai impor Januari–Februari 2016 mencapai US$20,63 miliar atau turun 14,48 persen dibanding periode yang sama tahun 2015. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas US$2,34 miliar (turun 39,09 persen) dan nonmigas US$18,29 miliar (turun 9,83 persen).
Sedangkan Nilai impor golongan bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari-Februari 2016 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 19,18 persen dan 12,62 persen. Sebaliknya impor golongan barang konsumsi meningkat 34,38 persen.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat impor Indonesia memang mengalami penurunan tetapi impor barang konsumsi yang mengalami peningkatan, ini menunjukan bahwa tingkat konsumtif masyarakat Indonesia terhadap produk impor meningkat.
Selain itu juga, Konsep gaya hidup modern yang menjadi faktor utama perubahan minat masyarakat terhadap produk Indonesia ke produk luar dan paradigma masyarakat yang mengatakan bahwa apabila memakai produk luar itu berkesan elegan dan mewah karena harganya yang cenderung lebih tinggi dan kualitas yang dijanjikan telah bagus dan menyebar di seluruh dunia. Inilah yang menjadi salah satu propaganda dan iklan pengusaha luar melalui media masa dan internet yang begitu mempengaruhi masyarakat. Apalagi sekarang setelah propaganda korporasi barat begitu menyentuh banyak aspek tentang labelisasi kehidupan modern. Begitu banyak ruang kehidupan yang makin mudah diakses melalui komputer dan internet, termasuk untuk memenuhi tuntutan hiburan dan sumber informasi.
Memang ada dampak positif dan negatifnya ketika produk asing masuk ke Indonesia, bisa membuat kita lebih mudah dalam melakukan segala sesuatu tetapi bisa juga menjadi ancaman untuk para pengusaha Indonesia yang harus bekerja lebih struggle lagi untuk bersaing dengan pengusaha asing.
Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya kaya dan menghasilkan produk–produk yang berkualitas. Namun, banyaknya monopoli dunia, produk luar negeri lebih memegang peranan pasar sehingga menjadikan minat masyarakat cenderung ke produk luar negeri.
Seorang ahli korporasi berpendapat di dalam bukunya Muhammad Ali Haji Hashim yang berjudul “Bisnis Satu Cabang Jihad”, terdapat tiga hal utama yang akan menjadi kelebihan dan karakter khusus yang berpotensi sebagai senjata untuk memenangkan persaingan.
Pertama, Produk yang berkualitas dan teknologi yang canggih. Kedua hal inilah yang bisa menjadi kelebihan utama didalam persaingan bisnis. Dengan demikian, sangat perlu menguasai teknologi dan menetapkan value produk berkualitas sebelum terjun ke dunia bisnis.
Kedua, ciri dan bentuk organisasi bisnis yang didirikan, termasuk proses operasi, fomat atau model bisnis dan strukturisasi perusahaan. Menimbang kesuksesan bisnis ditingkat skala besar tidak mungkin dicapai tanpa pertumbuhan organisasi yang tersususn dan bersistem. Oleh sebab itu, tak heran jika kemampuan organisasi menjadi kelebihan kedua paling utama dalam persaingan.
Ketiga, SDM yang menjalankan organisasi bisnis. Kelebihan faktor SDM sebagai anggota organisasi adalah sumber kekuatan paling hebat. Ia mampu membedakan keunggulan pencapaian sekaligus yang paling bernilai tinggi. Ketiga hal inilah yang harus diperhatikan ketika kita ingin terjun ke dunia bisnis.
Oleh karena itu, Kita sebagai warga negara Indonesia harus bangkit dan bangga dengan produk lokal yang berkualitas dan menjadi tuan rumah untuk negerinya sendiri sehingga mempunyai rasa kecintaan tersendiri bagi Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memerlukan bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan usaha produk lokalnya agar bisa menarik minat masyarakat dan kesadaran cinta tanah air. Serta pemerintah juga memberikan kebijakan atau dukungan agar pengusaha dan pengrajin Indonesia dapat memproduksi barang yang lebih berkualitas, murah dan punya daya saing tinggi.
Salam preneur! (dakwatuna.com/hdn)