dakwatuna.com – Dua belas bulan berlalu tanpa terlalu terasa, begitu banyak suka duka yang terlewati bersama. Kebersamaan itu menjadikan aku semakin mengenalnya lebih jauh. Tidak hanya sekadar murid di sekolah, teman bermain bahkan teman tidur juga. Ketika aku hanya sendirian menghuni ruang posyandu di lingkungan sekolah, maka dialah yang menemaniku melewati malam sepi itu. Dia Rohmah, anak piatu nan tegar dan ayu. Akan sedikit kuceritakan tentangnya di sini.
Pertama kali aku bertatap muka dengannya di ruangan kelas saat aku memperkenalkan diri sebagai guru baru di kampung ini. Dia begitu antusias memperhatikanku, aku pun tertarik melihatnya. Hari-hari berikutnya penilaianku terhadapnya terus bertambah, ya selain manis dia pun ternyata selalu jadi bintang di kelasnya. Hmmm pantas saja dia sangat antusias saat pertama kali bertemu denganku, karena setahuku orang pintar itu memang punya rasa ingin tahu yang tinggi.
Siti Rohmah, begitu nama lengkapnya anak yang cekatan dan terampil tidak hanya di sekolah tapi juga di rumah. Tak ada pekerjaan rumah yang luput dari kreasi tangannya. Tinggal dengan ibu tiri membuat dia harus pandai memainkan peran, apalagi jika semua saudara yang selalu serumah dengannya tak ada satupun yang seayah seibu. Tapi Rohmah sangat apik memainkan setiap lakon yang diberikan padanya. Terampil ketika menjalankan tugas rumah tangga. Penuh kasih sayang kala sebagai kakak. Santun saat menjadi seorang anak.
Rutinitas yang padat setiap hari membuat dia harus pandai mengatur waktu. Bangun sebelum subuh, mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga hingga berangkat ke sekolah. Pagi hingga siang dia pun sibuk menuntut ilmu di sekolah, sepulang sekolah kembali lagi dengan pekerjaan rumah, mencuci, memasak dan sebaginya. Sore istirahat selepas mengerjakan semuanya. Ba’da maghrib ke majlis belajar mengaji. Selepas isya mengulang pelajaran hingga kembali ke peraduan. Begitulah rutinitas si manis ini setiap hari. Meskipun sangat sibuk, tetap saja dia mampu mengungguli teman-temannya yang lain di sekolah. Masya Allah
Seringkali aku berpikir betapa beruntung keluarganya punya pelita nan teramat banyak manfaatnya. Dia pun sepertinya sangat bahagia bisa mendapatkan ibu tiri yang sayang padanya. Maka kalimah cinta dari-NYA yang terus diulang dalam surat Ar-Rahman pun terngiang di telingaku “ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan,,????”. Banyak ilmu yang diam-diam kuambil dari hidupnya. Tapi ternyata semua itu tak seindah yang kubayangkan, kawan, masih banyak kenyataan yang luput dari pengamatan.
Suatu ketika sebuah pesan singkat tampil di inboxku, benar kawan itu pesan keluhan dari si manis tegar nan ayu ini. Dalam pesan itu tergambar betapa tersiksanya dia hidup dengan ibu tirinya. Semua yang dia lakukan seakan tiada artinya di depan ibu tirinya, bahkan tak jarang dia dianggap pembantu. Jleeebb!!!!!! Serasa ada gluduk menyambarku, oh akankah selama ini aku hanya menilai dari luarnya saja. Terlalu banyak rahasia yang belum dapat terungkap, bisik hatiku.
Aku pun berusaha memberikan saran agar dia mau berkomunikasi dengan ayahnya, namun dia pun tiada berani. Akhirnya aku hanya mampu berusaha memberikan penguatan padanya, bahwa saatdia berlelah lelah sekarang sesungguhnya dia sedang banyak belajar untuk kesuksesan masa depan. Tidak semua anak beruntung seperti Rohmah, bahkan banyak di luar sana yang tak bisa apa-apa karena teramat di manja oleh orang tuanya. Alhamdulillah Rohmah mau menerima kata-kataku. Bahkan tak jarang dia kutawari untuk ikut ke Padang bersamaku.
Pelajaran luar biasa yang dapat ku petik dari Rohmah adalah, sesusah apapun hidupnya dia tak pernah kelihatan sedih di hadapanku. Betapa pintarnya anak manis ini menyembunyikan deritanya di hadapan banyak orang. Doaku semoga kesuksesan senantiasa menyertaimu adindaku, muridku si manis tegar nan ayu. Ketegaranmu tersembunyi di balik keayuan wajahmu. Tetaplah menjadi pelita di tengah keluargamu dinda. Semoga kita bertemu lagi di lain waktu. (dakwatuna.com/hdn)