dakwatuna.com – Tulisan kecil ini sedikit memasuki ranah politik akan tetapi bukan masalah korupsi ataupun rebutan jabatan.
Tulisan ini mengulas kematangan kaderisasi yang dilakukan PKS dalam senyap tanpa riak suara perselisihan.
Tulisan ini sedikit menyinggung masalah dua tetangga yang berwarna hijau dan berwarna kuning, bagaimana mereka diperlakukan dengan tidak adil, bahkan interpensi yang diberikan kepada mereka.
Ada riak yang begitu keras yang ingin memecah belah kedua tetangga tersebut.
Apa tujuannya? kalau bukan untuk kepentingan sang penguasa.
Kita tidak menyalahkan sang penguasa karena kita paham betul tentang teori belah bambu. satu diangkat dan satu lagi ditekan.
Pelajaran terbesar yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah, belajar mengkader anggota sebagaimana PKS mengkader anggotanya.
Kerja lama memang, karena dia butuh tahunan untuk melihat hasilnya, akan tetapi dia kerja panjang yang akan mematangkan dan menghasilkan.
Oknum di PKS ada yang salah akan tetapi cara mereka merespon kesalahan adalah hal yang luar biasa.
Itu semua hasil dari kerja kaderisasi yang matang dan konsisten.
Nyatanya, kita tidak pernah melihat ada keributan atau perselisihan ketika terjadi silih ganti jabatan, baik itu ditingkat akar rumput ataupun ditingkat elit politik.
Sekali lagi, kita dikejutkan dengan pergantian kepengurusan di dalam PKS, mulai dari pimpinan Majelis Syuro (jabatan tertinggi di PKS) sampai ke Presiden.
Kita tidak mendengarkan riak rebutan jabatan ataupun sekadar perselisihan. Itu semua hasil kerja kaderisasi yang matang dan istiqomah.
Sang penguasa juga tidak berani mengusik karena dia paham betul kalau PKS tidak bisa diinterpensi dari dalam, dia hanya bisa dihancurkan melalui citra walaupun terkadang dengan kasus yang terlihat dipaksakan.
Belajar lah dari PKS bagaimana menghilangkan riak perselisihan dan rebutan jabatan.
Boleh anda tidak suka dengan PKS akan tetapi anda harus menggunakan logika untuk mengapresiasi mereka dalam kerja kaderisasi.
Terakhir, selamat kepada qiyadah yang terpilih :
- Ustad Salim Segaf al Jufri sebagai Majelis Syuro.
- Ustad Hidayat Nur Wahid sebagai Wakil.
- Ustad Sohibul Iman Sebagai Presiden.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: