dakwatuna.com – Libya. Perundingan selama dua hari di Jenewa antara kelompok-kelompok yang bertikai di Libya berakhir pada Rabu (13/8/2015) dengan ‘atmosfir positif’.
Utusan dari kelompok General National Congress (berkedudukan di Tripoli) duduk bersama untuk pertama kalinya dengan utusan Parlemen Libya yang terpilih (berkedudukan di Tobruk), dengan tujuan membentuk pemerintahan koalisi.
Perundingan dipimpin oleh Utusan PBB untuk Libya, Bernardino Leon, yang dalam rilisnya menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mengedepankan kepentingan nasional rakyat Libya di atas kepentingan kelompok.
Mereka menunjukkan optimisme bahwa perundingan sudah mengarah akan tercapainya kesepakatan final.
Menurut Leon, kelompok yang bertikai sepakat untuk mengakhiri perundingan dengan target terbentuknya pemerintahan koalisi dalam tiga minggu mendatang.
Pertemuan yang akan datang dijadwal pekan depan dengan tempat di Jenewa atau Maroko.
Dalam hal ini, Libya berada dalam kekacauan setelah revolusi rakyat yang mengakhiri kekuasaan rezim diktator Muammar Qaddafi pada 2011.
Sejak itu, pertikaian di Libya berlanjut hingga yang paling mencolok adanya dua pemerintahan dan parlemen yang berkedudukan di Tripoli dan Tobruk dengan kekuatan militer masing-masing. (rem/dakwatuna)
Sumber: Anadolu Agency