dakwatuna.com – Dalam surah Al Baqarah 183 dijelaskan tujuan puasa Ramadhan adalah untuk meraih derajat Takwa. Sebuah tingkatan tertinggi dan kemuliaan yang membahagiakan yang hanya dapat direbut oleh orang pilihan. Sungguh, kemuliaan seseorang tidak dipandang dari harta yang melimpah, jabatan yang menjulang dan wajah yang rupawan. Namun sangat ditentukan oleh nilai takwa di dalam dada. Itu sebabnya agar kita selamat mengarungi samudera dunia, kita harus memiliki bekal yang sempurna. Sebaik-baiknya bekal adalah bekal takwa begitulah Allah mengingatkan kita semua. Makanya dalam bulan Ramadhan ini terbuka lebar kesempatan untuk meraih derajat takwa tersebut. Lalu bagaimana makna dari takwa dan implikasinya dalam kehidupan nyata?
Secara bahasa, takwa dapat diartikan dengan hati-hati. Yah, hati-hati dalam segala gerak kehidupan. Dirinya berhati-hati dalam berkeyakinan, berkata, bersikap dan berbuat. Dengan sikap ini dirinya terpelihara dari perbuatan maksiat yang menghinakan dan bersemangat untuk berfastabiqul khairat. Mereka takut melakukan kemungkaran karena berakibat langsung pada dirinya baik di dunia ini maupun di akhirat sana. Oleh sebab itu hari-harinya diisi dengan kebaikan demi kebaikan. Mereka selalu bermuhasabah dan mohon ampun pada Allah dalam mempercantik diri. Orang yang bertakwa memiliki aqidah yang lurus, ibadah yang teratur, akhlak yang mulia dan kerja yang memesona. Mereka ibarat lebah yang hanya hinggap di tempat yang baik dan memproduksi sesuatu yang baik juga. Orang yang demikian itulah berhak memasuki surga nan indah dan memesona sebagaimana yang telah dijanjikan Allah dalam Kalam-Nya.
Untuk menggapai derajat takwa, tidak lah mudah-tidak bisa hanya mengandalkan puasa yang tak bermakna atau datang ke masjid untuk sekadar menyemarakkan malam Ramadhan sebagaimana pemahaman kebanyakan orang. Namun kita dituntut untuk memiliki keyakinan yang kuat, niat yang ikhlas, ibadah yang terencana dan usaha yang maksimal. Ibadah puasa yang dilakukan adalah ibadah yang sempurna, terhindar dari cacat yang merusak pahala puasa. Sepanjang hari dirinya mampu memenej waktu untuk membersihkan qalbu dengan tilawah Quran yang menyentuh. Dia berusaha menghatamkan Alquran dan berusaha memahami maknanya sebagai pedoman dalam kehidupan nyata.
Kualitas shalatnya diperbaiki, shalat dijadikan sebagai sarana untuk menyatakan cinta pada Yang Kuasa. Maka mereka tidak hanya mengandalkan shalat fardhu semata, berbagai shalat sunat lainnya seperti shalat dhuha, tarawih, witir, tahajud, rawatib dan shalat tasbih menjadi pilihan hati dalam menambah koleksi pahala. Selama Ramadhan, mereka berusaha menambah kepahamannya terhadap agama ini dengan menghadiri majlis taklim, pengajian malam, diskusi, membaca buku-buku Islam dan mengikuti siaran Islami. Luar biasa orang yang mendambakan taqwa berusaha mendapatkan malam lailatul qadar dengan I’tikaf sepuluh malam terakhir. Mereka menunaikan zakat fitrah dan menyantuni yang papa. Pokoknya sebulan penuh selama Ramadhan dimanfaatkan dengan maksimal dalam merajut benang-benang takwa.
Setelah Ramadhan amaliyah orang yang bertakwa bukannya berkurang apalagi hilang tanpa bekas. Akan tetapi justru semakin meningkat sebagai makna syawal yang dipahaminya. Orang yang bertakwa berjuang dengan susah payah untuk membuktikan ketakwaannya ba’da Ramadhan. Kebiasaan ibadah selama Ramadhan dilanjutkan di bulan Syawal sebagai bentuk kesuksesannya meraih derajat taqwa. Puasa syawal, tilawah Quran, memakmurkan masjid dan ibadah lainnya yang dibina selama Ramadhan tetap berlanjut. Demikianlah hakikat takwa yang menerangi kehidupan seseorang untuk meraih kemuliaan. Ayo mari kita gapai derajat takwa untuk menjadikan hidup bahagia dan indah.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: