Dakwah ke Pedalaman Sambas Kafilah Dakwah Terhalang Banjir

Kafilah Dakwah mahasiswa STID Muhammad Natsir di daerah pedalaman Sambas Kalimantan Barat, Senin (15/6/2015). (Saeful Rokhman)

dakwatuna.com – Kafilah Dakwah mahasiswa STID Muhammad Natsir menemui tantangan berbeda di daerah pedalaman Sambas Kalimantan Barat. Ketika ingin meluncur ke lokasi dakwah, Senin (15/6/2015), para dai terhalang banjir yang cukup mengganggu. Untuk bergerak, mereka harus menunggu berjam-jam hingga banjir itu surut.

Setelah bersosialisasi ke tempat binaan, maka Kafilah Dakwah mengambil desa yang akan dibina yaitu Desa Bakau yang terdiri dari tiga masjid dan lima surau, dan Desa Pelimpaan yang terdiri dari tujuh masjid dan sembilan surau yang masing-masing desa dibina empat dai.

Kafilah Dakwah juga berkunjung ke daerah Subah, tepatnya di Desa Madak, Desa Sabung, dan daerah transmigrasi. Ketika sampai ke sana, tim juga mendapatkan banjir hingga mencapai dada orang dewasa.

“Inilah tantangan dakwah yang harus kami hadapi di sana,” ujar Khairul Anam, kontributor Kafilah Dakwah.

Menurut Ustadz Darwadi, dai Dewan Dakwah putra asli Jawai, menjelaskan bahwa daerah Jawai ini memiliki akses yang sulit untuk ditempuh. Bila ingin berkunjung ke sana, kita harus menyeberangi sungai dengan menggunakan kapal sepanjang satu kilometer.

Kemudian Ustadz Hidayatullah selaku dai Dewan Dakwah yang berasal dari Kecamatan Subah, mengatakan bahwa Subah ini dihuni oleh mayoritas suku Dayak. Keluarga muslim di daerah ini sangatlah minim.

Suku Dayak ini, katanya, didominasi oleh Katolik, Protestan dan Patakosta. Mereka juga memiliki tradisi yang sangat kuat hingga anjing yang mati pun mereka menuntut ganti rugi yang tinggi. Sekolah di sana pun memaksa murid muslim untuk mempelajari agama Kristen.

Untuk akses jalan ke sana, kata Ustadz Hidayatullah, daerah Subah ini adalah daerah transmigrasi yang harus mendaki bukit yang tajam untuk sampai di daerah tersebut. Untuk kebutuhan sehari-hari di sana relatif mahal dikarenakan daerah Subah sulit untuk diakses.

“Maka tantangan dakwah di daerah ini sangat menantang dan diperlukan kerja keras dan kesabaran ekstra untuk menjalankan dakwah di dua daerah ini,” ujarnya. (Khairul Anam/dakwatuna/hdn)

Konten ini telah dimodifikasi pada 30/06/15 | 23:50 23:50

Kelahiran Cirebon yang saat ini tinggal di Cipayung Jakarta Timur
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...