dakwatuna.com – Alquran ajarannya selalu relevan hingga akhir zaman, isi kandungannya bukan saja menyeru kepada rekonstruksi peradaban, revolusi mental, pembentukan karakter, undang-undang kehidupan, hukum syariat, karakteristik manusia, penawar penyakit hati, kabar gembira, pemberi peringatan, sejarah kehidupan bangsa-bangsa, kisah para nabi dan Rasul, nasehat berharga, deskripsi tentang hari kiamat, surga dan neraka.
Namun ia bagaikan mutiara yang cahayanya semakin berkilau jika kita membaca (talaffudz), memahami (tafahhum), merenungi (tadabbur), memaknai (ta’ammuq) dan mengamalkan dengan penuh kekhusu’an (takhassu’) akan pokok-pokok ajarannya.
Bacaan ini juga bukan dongeng maupun cerita yang dibuat-buat sebagaimana orang-orang yang tidak percaya kepadanya, bahkan mereka menyeru untuk menjauhinya, hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala di surat Fushshilat ayat 26.
Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Alquran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka”.
Kehadirannya membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur dan Injil, ia juga menjelaskan segala sesuatu dengan segala permisalan agar memudahkan manusia dalam memahami rahasia kehidupan dan sebagai petunjuk maupun rahmat bagi orang-orang yang beriman, namun sayangnya sebagian manusia atau bahkan kebanyakannya memiliki sifat suka membantah kebenaran.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Alquran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS. Al Kahfi : 54)
Manusia adalah anak zaman, namun bukan berarti ia harus ikut dengan selera zaman yang selalu menawarkan kegemerlapan dan bersifat melenakan, karena fitrah manusia adalah bertauhid seraya menyeru pada kebaikan dan kemaslahatan secara personal maupun kolektif. Inilah pokok-pokok ajaran Alquran yang isinya penuh dengan kebaikan dan kebenaran.
Kami mencoba menguraikan intisari yang terkandung dalam Alquran menjadi 100 pokok bahasan saja, kami juga menyadari keterbatasan dan kurangnya kemampuan membuat tidak mudah menambah pokok-pokoknya, padahal jika kita mau kaji secara komprehensif jumlahnya tentu bisa lebih banyak lagi, bisa ribuan, puluhan ribu bakan tak terhingga, karena di setiap ayatNya bisa menjadi pelajaran dan menjadi kaidah yang bercabang banyak.
Pokok-pokok ajaran Alquran:
No | Bentuk pembangunan karakter | Surat | Ayat |
1 | Menjadi pribadi yang bertauhid | An Nisaa | 36 |
2 | Berbakti kepada orangtua | An Nisaa | 36 |
3 | Membantu kerabat dekat sebelum orang lain | An Nisaa | 36 |
4 | Menyantuni anak yatim dan fakir miskin | An Nisaa | 36 |
5 | Berbuat baik terhadap sesama (muslim dan non muslim) | An Nisaa | 36 |
6 | Patuh kepada perintah Allah, RasulNya dan kebijaksanaan pemimpin serta menjauhi sikap memberontak | An Nisaa | 59 |
7 | Menyeru untuk menderma (shadaqah)/tidak kikir kepada sesama | Ali Imran | 92 |
8 | Menyeru kepada kebajikan dan Mencegah terjadinya kemungkaran | Luqman | 17 |
9 | Menyeru untuk menjadi pribadi yang bertakwa dan berbuat kebajikan | An Nahl | 128 |
10 | Menjadi pribadi yang pandai bersabar | Al Baqarah | 153 |
11 | Menjadi juru damai, bukan menjadi kompor perpecahan dan perselisihan | Al Hujuraat | 10 |
12 | Menjadi pribadi yang berintegritas | At Taubah | 119 |
13 | Tidak berlaku curang dalam bisnis/berniaga | Al A’raaf | 85 |
14 | Tidak melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme | Al A’raaf | 85 |
15 | Tidak memberi kesaksian palsu/tidak pula berdusta | Al Furqaan | 72 |
16 | Tidak menumpahkan darah/tidak berbuat zalim | Al Furqaan | 68 |
17 | Tidak berzina maupun terlibat prostitusi | Al Furqaan | 68 |
18 | Menyederhanakan pola hidup | Luqman | 19 |
19 | Tidak berlaku sombong/rendah hati | Al Israa | 37 |
20 | Tidak mengambil hak anak-anak yatim | An Nisaa | 10 |
21 | Menjauhi transaksi riba dan tidak berinteraksi dengan rentenir | Al Baqarah | 275 |
22 | Berpakaian yang baik dan sopan | Al A’raaf | 26 |
23 | Menjauhi gaya hidup yang berlebihan dan hedonisme | Al A’raaf | 31 |
24 | Berlapang dada/menjadi seorang pemaaf | Al Hijr | 85 |
25 | Tidak menggunjing kejelekan orang lain | Al Hujuraat | 12 |
26 | Tidak berpikir negatif terhadap orang lain | Al Hujuraat | 12 |
27 | Menjaga ekosistem, habitat dan tidak merusak alam | Al A’raaf | 56 |
28 | Tidak merugikan diri sendiri dan orang lain | Al Baqarah | 195 |
29 | Berlaku adil dan amanah | An Nisaa | 58 |
30 | Memiliki orientasi hidup yang jelas dan visi misi yang terarah | Ghafir | 39-40 |
31 | Menjaga kehormatan diri dan pandai menutup auratnya dengan benar sesuai syariat |
An Nuur |
30-31 |
32 | Menjadi pribadi yang optimis dan tetap semangat dalam menjalani lika liku hidup | Yusuf | 87 |
33 | Cepat bangkit dari keterpurukan/move on | Ali ‘Imran | 135 |
34 | Membudayakan musyawarah dalam setiap mengambil keputusan | Asy Syura | 38 |
35 | Segera meminta maaf tatkala marah | Asy Syura | 37 |
36 |
Menjadi pribadi yang profesional di bidangnya dan tidak ceroboh dalam hal keilmuan |
Al Israa |
36 |
37 | Menjadi pribadi yang konsisten/istiqomah | Huud | 112 |
38 | Tidak terlena dengan gaya hidup orang lain | Al Kahfi | 28 |
39 | Suka berpikir dan senang melakukan riset/penelitian/studi lainnya | Ali ‘Imran | 190-191 |
40 | Berani bersikap dengan menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim | Fushshilat | 33 |
41 | Bersegera kepada ajakan bertaubat/tidak menundanya | Al Maa-idah | 74 |
42 | Menjaga persatuan dan menjauhi perselisihan | Al Anfal | 46 |
43 | Menjauhi kemalasan dan panjang angan yang meyebabkan kefaqiran dan kebodohan | An Nisaa | 120 |
44 | Menekankan pentingnya ilmu pengetahuan (sains dan humaniora) | Az Zumar | 9 |
45 | Menghargai para pemikir, akademisi, cendikiawan, peneliti dan para ulama | Al Mujadilah | 11 |
46 | Tidak tergila-gila pada materi dan perhiasan duniawi | Al Humazah | 1-9 |
47 | Membentuk pribadi yang suka bekerja keras | Al Ankabuut | 69 |
48 | Pandai memaknai pentingnya waktu | Al Ashr | 1-3 |
49 | Mengajarkan pentingnya menghargai orang lain dengan tidak merasa diri paling suci | An Najm | 32 |
50 | Menekankan pentingnya menjaga kebersihan | Al Muddatsir | 4 |
51 | Percaya diri menjadi seorang mu’min dan menjauhi sikap minder/rendah diri | Ali ‘Imran | 139 |
52 | Mengajarkan betapa pentingnya toleransi antar umat beragama | Al An’am | 108 |
53 | Tidak fanatik kelompok, golongan, suku dan tidak merasa paling super dari kelompok lain | Al Hujuraat | 11 |
54 | Teliti dalam bersikap dan selalu waspada dalam menjalani kehidupan | Al A’raaf | 200-201 |
55 | Berhati-hati agar tidak terlena dengan tipu daya syetan dan kegemerlapan dunia | Fathir | 5 |
56 | Menjaga keharmonisan rumah tangga dan berlaku baik terhadap pasangan hidup (suami-isteri) | An Nisaa | 19 |
57 | Mengajak keluarga kepada kebajikan untuk senantiasa melaksanakan perintah Tuhan | Thaahaa | 132 |
58 | Suami bertanggung jawab (sandang, pangan dan papan) atas nafkah anggota keluarga dan tidak menelantarkannya, adapun isteri tidak dibebankan mencari nafkah keluaga |
Al Baqarah |
233 |
59 | Diperbolehkan poligami namun harus berlaku adil terhadap isteri-isterinya, jika tidak mampu, satu isteri itu lebih baik |
An Nisaa |
3 |
60 | Memberikan maskawin (mahar) kepada perempuan yang hendak dinikahi dengan suka rela |
An Nisaa |
4 |
61 | Diperbolehkan bercerai jika darurat, namun dengan cara yang baik dan dilarang saling menjelekkan apalagi saling membuka aib satu sama lain dan keluarganya |
Al Baqarah |
229 |
62 | Tidak menggabungkan antara hak dan bathil apalagi menyembunyikan kebenaran | Al Baqarah | 42 |
63 | Tidak menelantarkan anak, menjual apalagi membunuhnya karena alasan ekonomi | Al Israa | 31 |
64 | Tidak lari dari medan perang kecuali mengatur strategi untuk kembali berperang atau bergabung dengan pasukan lain. |
Al Anfaal |
15-16 |
65 | Tidak menghardik dan berlaku semena-mena kepada kaum lemah | Adh Dhuha | 9-10 |
66 | Menjadi pribadi yang pandai berterima kasih | Adh Dhuha | 11 |
67 |
Menjadi pribadi mandiri, kreatif, inovatif dan tidak berpangku tangan kepada orang lain dalam merubah nasibnya |
Ar Ra’d |
11 |
68 | Menjadi pribadi yang senantiasa berikhtiar (berusaha) dalam mewujudkan harapan | Maryam | 25 |
69 | Tidak mencari kemuliaan kecuali dengan jalan yang Allah Ta’ala redhoi | Fathir | 10 |
70 | Redho atas takdir (ketetapan) yang sudah digariskan Tuhan kepadanya | Al Ahzab | 36 |
71 | Menjadi pribadi yang taat dan menjaga sakralnya keikhlasan | Fathir | 29-30 |
72 | Menekankan pentingnya menjaga pergaulan | Luqman | 15 |
73 | Tidak berputus asa mencari rahmat dan ampunan Allah Ta’ala | Az Zumar | 53-55 |
74 | Menjadi pribadi-pribadi yang tenang dan bahagia | Ar Ra’d | 28 |
75 | Teguh memegang prinsip hidup | Yusuf | 108 |
76 | Tidak berlaku boros/mubadzir | Al Israa | 26-27 |
77 | Menjauhi perdebatan khususnya tentang ayat-ayat Allah Ta’ala dan ajaranNya | Ghafir | 4 |
78 | Tidak larut dalam kesedihan dan euforia merayakan kesenangan, namun menyikapi keduanya secara bijak (normatif) |
Al hadid |
22-23 |
79 | Menjauhi segala yang bisa merusak akal sehat seperti minuman keras, obat-obat terlarang dan praktek perjudian (mengadu nasib dengan cara instan) |
Al Maa-idah |
90-91 |
80 |
Tidak melakukan peperangan, kecuali dizalimi atau untuk menegakkan keadilan dan membasmi kemungkaran dengan tidak melampaui batas kemanusiaan atau melanggar etika peperangan |
Al Baqarah |
190 |
81 | Membudayakan sikap malu | Al Qashash | 25 |
82 | Menjaga hati untuk tetap dalam ketaatan pada kondisi apapun | An Nahl | 106 |
83 |
Menjaga jiwa dan tidak menodainya dengan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala dan sesama |
Asy Syams |
9-10 |
84 | Menangis dan tertawa karena Allah semata | An Najm | 43 |
85 | Menjaga kehormatan diri dari perbuatan mengemis (meminta-minta) | Al Baqarah | 273 |
86 | Tidak terbuai dengan godaan duniawi (perempuan) yang bisa menjerumuskan kepada kebinasaan | Yusuf | 23 |
87 | Menekankan pentingnya untuk melunasi hutang dengan cara (teknis) yang baik | Al Baqarah | 282-283 |
88 |
Menekankan untuk memiliki perhitungan dan pertimbangan matang dalam memutuskan suatu perkara | Al Israa | 29
|
89 | Menggalakkan budaya membaca, bukan menonton apalagi membuang waktu sia-sia | Al Alaq | 1-5 |
90 |
Menjaga keseimbangan kehidupan di dunia dan akherat, sehingga tidak mengabaikan kebaikan di dunia. |
Al Baqarah |
201-202 |
91 | Mendorong untuk memperbanyak dzikir dan bertasbih kepada Allah Ta’ala di waktu pagi dan petang |
Al Ahzab |
41-42 |
92 | Mengajak manusia untuk mengingat pelbagai nikmat Tuhan | Fathir | 3 |
93 | Mengajarkan untuk senantiasa mendoakan diri sendiri, orangtua, anak-anak, keturunan dan sesama | Ibrahim | 41 |
94 | Mengajarkan untuk terus memohon perlindungan dari azab neraka Jahannam | Al Furqaan | 65-66 |
95 | Mendidik untuk memiliki karakter berjiwa besar, ksatria dan menjadi negarawan | Fushshilat | 34-35 |
96 | Menjauhi sifat pendendam | Yusuf | 88-92 |
97 | Mendidik dengan menanamkan keyakinan kepada Rabb semesta alam, bahwa rezeki tidak mungkin tertukar |
Yunus |
107 |
98 | Berpegang teguh pada ajaran Alquran jika ingin mendapat keselamatan di dunia dan akherat |
Az Zukhruf |
36-39 |
99 | Islam tidak saja bersandar pada keimanan dengan hal ghaib, namun juga menekankan pendekatan logika dalam mencari kebenaran |
Yusuf |
25-29 |
100 | Puncak kesuksesan ialah meninggal dalam keadaan Islam (bertauhid) dan masuk Surga | Ali ‘Imran | 102 |
Jika seseorang mampu memahami ajaran Alquran dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadinya perubahan besar bagi dirinya dan sesama, karena nilai-nilai yang terkandung di dalamNya penuh kemuliaan.
Seseorang yang sering membaca Alquran hatinya akan menjadi tenang, wajahnya berseri-seri menampakkan kebahagiaan, cahayanya bisa menerangi isi hati dan menghiasi hari-harinya menjadi lebih produktif, hal ini disebabkan Alquran memiliki keutamaan sesuai dengan firman Allah Ta’ala di surat Asy Syuura ayat 52.
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) wahyu (Alquran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Alquran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
Alquran juga bisa menjadi barometer kesehatan hati manusia, seseorang yang hatinya bersih, ia bisa membacanya dengan durasi yang cukup lama, bahkan ia tidak merasa bosan untuk terus berinteraksi dengannya di tengah kesibukannya. Ada sebuah atsar dari sahabat nabi Utsman bin ‘Affan Radiyallahu ‘anhu :
“Kalau sekiranya hati kita bersih, tentu tidak akan kenyang (membaca) kitabullah.”[1]
Suatu kejayaan akan terbangun dari kumpulan masyarakat yang hatinya bersih, berpikir positif dan menyertakan Allah Ta’ala dalam setiap langkahnya, jika membaca Alquran sudah menjadi budaya dalam suatu negara, maka cita-cita perjuangan yang sesungguhnya bisa terlaksana, akan lahir sosok pemimpin idaman dan kehidupan yang sejahtera.
“Dan Katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al Israa : 81)
[1]. Dikutip dari Imam muda Masjidil haram Sheikh Khalid al ghamdi di sela-sela kunjungan saya ke tanah suci tahun 2009 ketika mengikuti talaqqi (istilah belajar dengan cara tradisional secara langsung).
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: