dakwatuna.com – Ankara. Tantangan tersulit yang akan dihadapi partai berkuasa, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), dalam pileg 7 Juni mendatang bukan pada menang atau kalah dalam pemilu. Demikian ditulis Haythem Kehili dalam Turk Press, Sabtu (23/5/2015) yang lalu.
Tantangannya lebih terletak pada kemampuannya mewujudkan target yang telah dipasang Presiden Recep Tayyip Erdogan memenangkan 400 kursi parlemen sehingga berkesempatan membuat konstitusi baru, dan merubah sistem parlementer menjadi presidensil.
Keberhasilan ini tidak terkait langsung dengan berapa persen AKP akan menang, tapi lebih pada keberhasilan AKP dalam meyakinkan kelompok Kurdi untuk lebih memilih mereka daripada partai Kurdi, HDP. Jika berhasil maka perolehan suara HDP tidak akan mencapai 10%, batas minimun sebuah partai masuk ke dalam parlemen.
Walaupun HDP gagal masuk parlemen, masalah AKP belum tuntas. Karena kebanyakan kelompok Kurdi tidak yakin dengan manfaat berpartisipasi politik di pemerintahan Turki sekarang. Mayoritas mereka lebih yakin dengan alternatif perlawanan bersenjata seperti yang dilakoni Partai Buruh Kurdistan (PKK).
Pemerintahan Erdogan memang sudah memulai program perdamaian dalam negeri untuk memberikan kesempatan lebih luas bagi kelompok Kurdi dalam berpartisipasi politik di Turki. Pertanyaannya, apakah jika partai representatif kelompok Kurdi gagal masuk parlemen akan membuat mereka semakin sulit menerima dan meyakini pentingnya berpartisipasi politik?
Sebaliknya, jika HDP berhasil mencapai angka 10%, dan masuk parlemen, maka partai oposisi lain akan menambah darah segar dalam melakukan perlawanan terhadap AKP di parlemen. Akan ada 3 partai oposisi di parlemen yang bisa mengganggu program pembangunan ekonomi Turki. Akan terjadi perang politik di dalam parlemen.
Inilah yang dimaksud angka sulit dalam pemilu Turki. 400 kursi yang ditargetkan AKP, dan 10% parliamentary threshold yang bisa menahan HDP berada di luar parlemen untuk memperkecil perlawanan dari partai-partai oposisi. (msa/dakwatuna)
Sumber: Turk Press