dakwatuna.com – Dalam kehidupan yang semakin komplek ini, orang sangat mudah marah atau tersulut emosi. Sebab masalah sepele saja seseorang bisa meluapkan emosinya dan menumpahkan kemarahannya. Salah pandang atau tersenggol tak senggaja bisa saja menyebabkan seseorang marah bahkan melakukan perbuatan yang menumpahkan darah. Sering perkelahian dan pembunuhan berawal dari gejolak jiwa dan amarah di dada. Kemudiaan tak jarang juga kita melihat dan mendengar, orang tua marah pada anaknya, karena anaknya tidak mau disuruh, suka bertengkar dan berbohong. Atau seorang guru marah pada muridnya karena tidak membuat PR, bermain dalam belajar atau suka melanggar tata tertib sekolah.
Anehnya, orang yang suka marah tersebut tidak merasa bersalah dan selalu mengemukakan alasan kenapa dirinya marah atau tujuan marah tersebut. Sering alasan yang dikemukakan orang tua atau guru memarahi anak atau siswanya, sebagai tanda sayangnya pada mereka. Anak yang bersalah kalau tidak dimarahi maka dikhawatirkan anak akan terbiasa dengan kesalahan dan mengangap enteng perbuatan tersebut. Sering anak berubah atau berhenti melakukan kesalahan setelah dimarahi atau diberi hukuman.
Marah adalah ekspresi perasaan tertekan yang merupakan efek dari jiwa yang bergolak disebabkan luapan emosi yang tak terkendalikan. Hal ini terjadi karena ketidakstabilan hati plus masalah besar melilit pikirannya. Orang yang gampang marah, fisik dan fsikisnya tak terkendali sehinga perbuatan yang tak baik dan benar, dilakukannya sebagai gejolak marah di dada. Orang yang marah terlihat dari ekspresi wajahnya, pandangannya yang ketus, ucapannya yang cendrung keras dan kotor bahkan bisa melakukan tindakan fisik yang akan merugikan orang berupa pemukulan atau penendangan. Oleh karena itu seseorang harus cerdas mengendalikan emosi agar tidak gampang marah. Sehebat apapun masalah yang dihadapi maka harus diselesaikan dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih. Sesungguhnya marah tidaklah akan bisa menyelesaikan masalah tetapi justru malah akan menimbulkan masalah baru.
Bahaya Marah
Sifat marah adalah sifat tercela yang harus dihindari, karena sifat ini tidak hanya merugikan orang lain tetapi juga berakibat fatal bagi pelakunya. Jelas, orang yang dimarahi apalagi di hadapan orang ramai tidak senang dan merasa terhina. Misal, seseorang guru atau orang tua menasehati murid dan anaknya dengan nada tinggi dan emosional. Tindakan ini bukanlah perbuatan yang arif sekalipun tujuan kita untuk mengingatkan atau menasehati mereka. Orang yang dinasehati dengan cara demikian akan antipati dan tidak menerima perlakuan tersebut. Memarahi seseorang sama halnya dengan melakukan kekerasan fsikis yang kesannya sangat mendalam dan sulit dilupakan bagi orang yang kita marahi.
Memang ketika seorang guru atau orang tua menasehati murid atau anaknya dengan cara yang tidak benar, meluapkan kemarahannya dan menyakitinya dengan kekerasan fisik sama halnya seorang menancapkan paku berkarat pada hati nurani murid atau anaknya tersebut. Karat atau racun yang ada dalam paku itu menjalar ke seluruh tubuh dan melekat kuat pada pikirannya. Hal itu sangat sulit dilupakan oleh si anak sampai akhir hayatnya. Murid atau anak yang selalu dimarahi guru atau orang tuanya akan dendam bahkan bisa saja membalas dengan caranya yang tidak kita inginkan .
Bahaya marah terhadap diri sendiri akan lebih dahsyat lagi. Syaikh Fauzi Said, menjelaskan, marah dapat mempengaruhi saraf dan mengeluarkan hormon adrenalin. Hormon ini merupakan sari dari gundukan lemak yang ada di pinggang bagian atas, dan berfungsi sebagai jaringan adaptasi tubuh, serta menyiapkannya untuk menerima pengaruh-pengaruh gonjangan saraf. Ketika seseorang marah maka hormon tersebut bergerak menuju ke saluran pankreas untuk menghentikan insulin. Keadaan ini akan menambah kadar gula dalam darah, sehingga akan menaikkan produktivitas gula dalam organ produksi minyak dalam tubuh. Kemudian akan berpengaruh terhadap jantung bahkan bisa mengakibatkan berhentinya detak jantung hingga terjadi kematian.
Sering kita mendengar ada orang yang mati mendadak karena serangan jantung. Hal ini disebabkan karena beban berat jantung dari hormon insulin yang diproduksi secara berlebihan oleh tubuh. Banyak di antara mereka yang mati secara mendadak adalah orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya dan tidak dapat menahan amarahnya. Sedangkan pengaruh sifat marah terhadap hati atau jiwa seseorang adalah dirinya sangat mudah menjadi pendendam, penghasut, berjiwa jahat, senang akan penderitaan orang lain dan sebaliknya, bahkan ingin menghabisi orang lain beserta karirnya. Begitu dahsyatnya bahaya marah, baik secara fisik dan fsikis maka kita jangan gampang marah. Kita harus berhati-hati dalam masalah ini. Ingat, orang yang kuat bukanlah orang yang berbadan kekar dan bisa membanting orang lain namun orang yang kuat itu adalah orang yang mampu menahan amarah dan meredam emosi di dalam dada.