dakwatuna.com
Di saat ibu pertiwi sakit keras
Dan harga beras merangkak lepas
Tak ada pula obat berkelas
Bagi kita pakir dan miskin tertindas
Segala serba memelas
Tak pula beras subsidi mampu mengentas
Derita kaum terampas dan tak berkelas
Maka kita terpaksa mengais sampah Bantargebang
Demi kelangsungan hidup hari ini
Nasi dan sayuran bekas pun jadilah pengganjal perut
Sebab kita kaum terbuang
Dari turunan para pejuang
Pantang menyerah dan mati tersisa
Kita tetap bangkit menerjang
Tembok dan sekat penghalang
Setiap pagi buta selepas munajat Shubuh yang sunyi
Kita tetap berangkat ke Bantargebang
Mencari rongsok dan nasi terbuang
Sebab kita tak sudi meminta
Pada kaum penguasa istana
Bangkit kita teruskan kebangkitan
Meski sakit mendera biarlah tak mengapa
Sebab ini era perjuangan kedua selepas kita merdeka
Sebab kita turunan pejuang
Tak boleh lelah mengobarkan bahwa semangat itu masih ada
Mengingat para syuhada
Mereka yang telah tiada
Meneteskan darah bagi kita
Maka kita harus tetap bangkit
Melawan rasa sakit dan derita
Jadi mengais rongsokan dan nasi basi di Bantargebang
Hanyalah cara kita melanjutkan perjuangan
Tak ada yang perlu ditangisi
Sebab kita turunan pejuang
Harus rela mati menjaga perbatasan negeri
Kita tak perlu malu masuk TV di luar negeri
Sebab itulah realitas perjuangan kita demi sesuap nasi basi
Sebab bagi pejuang kita tak boleh mati di lumbung padi
Sebab kita ini melanjutkan perjuangan mereka yang telah mati
Mati diterjang peluru musuh demi tanah kita loh jinawi
Bangkit
Kita akan teruskan kebangkitan
Agar istana negara tetap miliki maruahnya
Meskipun kita harus mengais rejeki di Bantargebang
Agar hakikat perjuangan mereka tetap hadir di sini, di dada ini
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: