dakwatuna.com
Matahari melahirkanmu dari rahim senja
Beranjak dari lubang cakrawala
Menapaki tangga-tangga udara
Menuju taman langit sebagai singgasana
Bukan sebuah televisi
Yang memainkan sandiwara atau opera
Tapi manusia-manusia tetap menjadi lakon utama
Yang kau saksikan sampai penghabisan
Ada yang bersekutu dengan nafsu
Lantas melahirkan jabang dosa
Dan manusia menjadi budak nestapa
Ada yang tetap mencari jalan pulang
Menyisir jalan dengan doa
Sambil mengais ampunan
Dari sajadah yang terbentang
Ada pula yang tidak menjadi apa-apa
Sebab pulas dengan nina-bobo
Yang didendang bunda dunia
Kelam pun semakin mengantarmu
Dalam pengembaraan waktu
Dan desah angin ngilu
Menggeletarkan mimpi-mimpi cemasmu
Apakah kepadaku Tuhan juga menuntut kesaksian?
Sebab menyaksikan panggung perhelatan
Singgasanaku tak membawa kedigjayaan
Untuk menutup layar yang terkembang
Hidupku hanya setengah kehidupan
Dan langit menangkap gerimis
Saat terang cahaya keluar tipis