Pendahuluan
dakwatuna.com – Adam alahissalâm diciptakan Allah dengan sebuah desain besar, yaitu menerima titah khusus kekhalifahan dari Allah yang tak diberikan kepada makhluk-Nya yang lain. Dari teknis penciptaan, bahan dan mekanismenya Allah mengajarkan kepada kita bahwa hal tersebut adalah sebuah mega proyek Allah. Paska penciptaan tersebut Allah mengungkap proses pembekalan potensi yang “harus” diketahui Adam untuk memaksimalkan peran dan tugasnya. Uji kelaikan pun dilakukan, dan hasilnya sesuai desain Allah, Adam berada di atas kualitas semua makhluk-Nya sehingga ia laik mengemban tanggungjawab dan peran mulia tersebut.
Selanjutnya, sebagaimana Allah berikan keistimewaan kepada Adam, maka Allah pun berikan keistimewaan kepada setiap makhluk-Nya, baik yang berada di langit maupun yang berada di bumi. Terkhusus manusia, para keturunan Adam, Allah pun telah siapkan potensi yang luar biasa untuk dikembangkan sebagai bekal pelaksanaan tugasnya di bumi Allah. Manusia yang dikaruniai akal oleh Allah ditugaskan untuk menguak rahasia potensi dirinya untuk digunakan misi khusus sebagai khalifah yang bisa memberi efek seluas-luasnya untuk kemanfaatan masyarakat dan lingkungan.
Pembahasan
Topik utama pembahasan manajemen diri adalah DIRI SENDIRI dan bukan orang lain. Beberapa pendekatan dan teori yang digunakan untuk mengenal lebih dalam berbagai potensi diri dengan segala variannya. Selanjutnya dipetakan dengan jelas, diuji dan dicek dengan bantuan alat ukur dan orang lain. Setelah itu diasah terus dan dievaluasi. Ilmu manajemen diri tak digunakan untuk menilai orang lain, sebagai mana tidak berkaitan dengan sebuah nilai seperti halnya nilai mata pelajaran di sekolah. Tapi membantu seseorang mengenal dirinya lebih dalam.
Pendekatan
Dalam manajemen diri teori sederhana yang digunakan ada dua:
- Pendekatan introspektif: yaitu pengamatan yang dilakukan kepada diri sendiri dengan mengenal kebiasaan yang dilakukan, watak bawaan, hobi yang disukai, kecenderungan-kecenderungan tertentu, kebiasaan harian yang terus menerus dilakukan.
- Pendekatan idealisme: yaitu pendekatan yang dilakukan kepada diri sendiri berkaitan dengan capaian-capaian atau target yang diinginkan dengan indikator yang jelas yang setidaknya terdiri dari beberapa unsur:
- Jelas, bisa dideskripsikan dan tidak multi penafsiran
- Realistis dan dapat dicapai
- Mempunyai jangka waktu tertentu
- Bisa dievaluasi secara kongkrit
- Optimis dan penuh harapan
Cakupan Manajemen Diri
Secara umum unsur-unsur pokok yang dicakup dalam manajemen diri ada tiga hal:
- Manajemen Potensi
Pada bahasan ini diharapkan setiap peserta mengenal, potensi dasar yang dimilikinya untuk bertolak pada sebuah capaian sederhana membuatnya merasa naik –sekalipun hanya- satu tingkat dari kondisi sekarang.
- Manajemen Waktu
Pada bahasan ini diharapkan setiap peserta mampu memahami urgensi waktu dalam hidupnya, menghargai nikmat waktu yang sangat dahsyat. Rahasia Allah bersumpah dengan waktu-waktu, dan mengapa ada sumpah wal ‘ashr (demi masa)? Mengapa yang dipakai adalah kata al-ashr, apa rahasianya? Apakah setiap manusia diberi Allah waktu yang cukup untuk beraktivitas? Apakah ia selalu merasa cukup dengan waktunya atau bahkan merasa banyak yang tersisa. Atau sebaliknya, ia selalu merasa kekurangan waktu.
- Manajemen Aktivitas
Dimaksudkan dalam manajemen aktivitas, peserta mampu memetakan potensi positifnya menjadi sebuah capaian dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Peserta dilatih untuk memahami dan membuat prioritas dalam hidupnya, sekaligus menguji kekuatan dan panjangnya jangkauan perencanaan hidupnya. Dalam jangka pendek, apakah sebagian besar aktivitasnya ia sendiri yang merencanakannya atau ia mengikuti alur kegiatan yang sudah ada? Apakah ia sangat mudah mengiyakan suatu ajakan dari eksternal/orang lain?
Memperkaya Kosa Kata Positif
Rasulullah SAW mengajarkan kepada Abu Umamah ra untuk melawan delapan kelemahan, “al-hamm (murung), al-hazan (rasa sedih),al-‘ajz (tidak berdaya), al-kasal (malas), al-jubn (pengecut/takut), al-bukhl (kikir), ghalabatud-dain (terlilit hutang), qahri ar-rijâl (di bawah tekanan)”
Kelemahan-kelemahan mindset akan mempengaruhi cara berpikir kita. Karena otak kita tidak bisa menolak sesuatu yang negatif. Jika ada sebuah larangan dengan redaksi: “DILARANG MEMBAYANGKAN SEEKOR UNTA!” maka justru ada seekor unta yang tak bisa diusir dari otak kita. Maka pilihan cerdasnya adalah dengan memperkaya dan memperbarui kosa kata positif setiap hari.
Mengubah Tantangan Menjadi Loncatan Dan Berpikir Unlinear
Rutinitas sering membuat seseorang berada di zona aman dan membuatnya terlelap dengan kesenyapan tanpa variasi. Sejatinya seseorang yang nyaman berada dalam rutinitasnya adalah orang yang sudah berada dalam peti mati. Diperlukan ide-ide segar yang berani untuk menjadikan tantangan, masalah dan kelemahan menjadi sebuah loncatan menuju capaian baru. Caranya adalah dengan keluar dari rutinitas dan cara berpikir biasa. Berpikir unlinear perlu dilatih dan Allah kadang menghadirkan kejutan-kejutan untuk kita supaya kita gunakan otak kita dengan porsi lebih sedikit dari biasanya.
Bersyukurlah
Saya kira ini kunci manajemen diri. Mensyukuri keadaan dan peluang produktivitas yang Allah berikan. Ketika Allah bersumpah dengan waktu dhuha, maknanya kita mesti mensyukurinya dengan menggunakannya dengan maksimal, sehingga saat malam datang maka sebagaimana sumpah-Nya, malam akan datang dengan tenang. Mengapa ada varian waktu yang banyak, fajar/shubuh, siang, sore, petang, malam? Dan waktu dhuha disebut secara khusus, apa rahasianya?
Tatkala pagi datang dengan banyak karunia yang –bahkan- tak kita minta, dan saat Allah bersumpah wash-shubhi idzâ tanaffas, ini artinya Allah berikan nafas-nafas baru untuk memperbaiki apa yang telah lewat. Hari ini adalah hadiah dari Allah (present), sesekali saja lihat masa lalu, sesekali saja lihat ke depan. Konsentrasilah pada pagi ini dengan BERSYUKUR.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: