dakwatuna.com – Setelah kekuatan Ikhwanul Muslimin dilumpuhkan, baik di Mesir, Tunisia, Jordania, Aljazair, Saudi Arabia, hingga Yaman. Maka praktis negara-negara berpenduduk mayoritas Sunni, tunduk pada dua kekuatan adidaya di Timur Tengah, Israel dan Iran.
Ada beberapa hal menarik. Pertama: Iran sukses membentuk sel-sel bersenjata di negeri-negeri Sunni. Di antaranya:
- Milisi Syiah di Irak, dengan kekuatan senjata tak terbatas dan berpusat di ibu kota Baghdad.
- Rezim Assad di Syiria yang hampir 4 tahun perang berkecamuk, tidak berhasil dilengserkan.
- Hizbulloh, yang semakin kuat di Libanon.
- Syi’ah Hautsi, yang bulan September 2014 sukses menguasai ibu kota Yaman. Lalu kemudian 18 Januari 2015, sukses menguasai kompleks istana kepresidenan di Yaman.
Kedua: Israel (Yahudi) dengan kekuatan superpower AS, Inggris, Perancis, sukses mengelabui negara-negara Arab. Seluruh rezim Arab ketakutan jika kekuasaannya berakhir. Maka semua benar-benar mengabdikan diri kepada kepentingan Zionis-Salibis. Rezim-rezim Arab sibuk memerangi ISIS (kita tahu ISIS siapa?) lalu membiarkan Syiah merajalela di wilayah Teluk.
Di titik ini, rezim-rezim Arab berada pada kekalutan luar biasa. Salah menentukan musuh. Membantu pembantaian Ikhwan, lalu berkawan dengan Israel dan rezim-rezim budak Israel. Lalu mengapa semua terjadi? Jelas seterang purnama. Semua peristiwa menggiring pada tema besar: Nubuwwah Rasulullah tentang akhir zaman benar-benar terbukti. Maka wajar bila sosok Rasulullah menjadi sentral dari pelecehan yang dilakukan semua musuh Islam. Mereka membenci Muhammad, karena membenci Risalahnya yang rahmatan Lil-‘Alamin.
Jadi sahabat, mari kuatkan keimanan di tengah hiruk pikuk fitnah yang merajalela saat ini. Semoga kita tidak salah jalan! (usb/dakwatuna)