dakwatuna.com – Tunisia. Presiden Tunisia yang menjadi calon incumbent, Muhammad Munshif Al-Marzuqi, menyatakan bahwa siapa yang mendiamkan kezaliman, bahkan mempraktikkannya bertahun-tahun, tidak mungkin menegakkan demokrasi di Tunisia.
Hal tersebut disampaikannya dalam putaran terakhir kampannye Jumat kemarin (21/11/2014) menjelang pemungutan suara Pilpres Tunisia 2014 pada Minggu besok, 23 November 2014.
Al-Marzuqi menegaskan bahwa terdapat kelompok tertentu di Tunisia yang ingin memecah-belah negara tersebut, tetapi tidak akan berhasil karena Tunisia milik seluruh rakyatnya.
Dalam kampanyenya, Al-Marzuqi juga menyoroti masalah kebebasan berpendapat dan pers yang dinilainya terancam oleh kelompok yang tidak mendukungnya dan memandangnya berbahaya.
Dalam hal ini, sejumlah pihak menilai bahwa serangan yang disampaikan Al-Marzuqi ini ditujukan kepada capres dari Partai Nida’ Tunis (yang memenangkan Pileg), Al-Baji Sayed Al-Sabsi, yang pernah menduduki sejumlah posisi penting pada masa rezim Bin Ali.
Sekitar 5,2 juta pemilih Tunisia akan berbondong-bondong ke kotak suara esok hari, menentukan Presiden Tunisia mendatang dari 27 orang yang menjadi capres.
Di antara para capres tersebut, Presiden Al-Marzuqi dan Al-Baji Sayed Al-Sabsi menjadi dua calon terkuat. Kampanye pemilu telah dimulai sejak 30 Oktober dan berakhir Jumat kemarin, 21 November 2014. (islammemo/rem/dakwatuna)
Redaktur: Rio Erismen
Beri Nilai: