dakwatuna.com – Pagi ini aku kembali ke sekolah. Menampakkan lagi wajah di antara para siswa harapan bangsa. Seperti biasa, pagi ini siswa kembali melakukan senam. Memanasi otot untuk merangsang otak sebelum otak itu dipakai.
Ada suatu kebahagiaan pagi ini. Ketika senam, saya mengamati para siswa yang ikut senam. Tapi bukan hal itu yang saya maksud. Pagi ini, semua guru yang bertugas masuk kelas dari kelas satu hingga kelas enam, semuanya datang. Tidak tahu kenapa, ada rasa senang mengetahui kondisi ini. Mungkin ini karena tidak akan ada anak-anak yang berkeliaran di halaman. Atau jikalau ada guru yang masuk menggantikan guru yang tidak datang, jadi tak hanya tugas-tugas yang mereka kerjakan.
Kita harus belajar memahami anak. Jikalau dulu atau bahkan sampai sekarang kita tidak terlalu menyukai banyak tugas yang harus dikerjakan, maka demikian pulalah dengan siswa dan siswi itu. Mereka sama dengan kita. Tidak terlalu suka jika dibebani dengan soal-soal yang harus diselesaikan.
Karena kita sama-sama tahu, masa anak-anak itu adalah masanya bermain. Dan alangkah cerdasnya seorang guru yang bisa mentransfer ilmu yang diajarkan melalui permainan. Meski mereka merasa sedang bermain, tapi sebenarnya ada pembelajaran yang sedang mereka lakukan. Ya, belajar melalui bermain.
Guru seperti itulah yang dicintai anak-anak. Guru- guru yang mengajak mereka mendalami dunia mereka. Seandainya seorang siswa mendapatkan guru seperti ini, takkan ada siswa yang berharap gurunya tidak masuk kelas. Takkan ada siswa yang mengharapkan gurunya sakit agar tidak datang ke sekolah. Dan bahkan saya sangat yakin, jika guru yang dicintainya ini tidak masuk kelas, pasti para muridnya akan mencari. Mereka akan merasa kehilangan. Pasti.
Oleh karena itu, untuk para guru yang belum bisa menjadi sosok yang dicintai oleh siswa-siswanya, mari kita belajar bersama membenahi diri. Tidak ada kata terlambat untuk belajar memperbaiki diri dengan memperbaiki cara mengajar kita. Insya Allah, jika banyak siswa-siswa yang mencintai kita, semoga Allah pun juga memberkahi hidup kita. Amin ya robbal’alamin.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: