dakwatuna.com – Sejatinya, Indonesia sebagai Negara yang mayoritas penduduknya muslim, dapat menghadirkan pemimpin yang berkualitas. Yaitu pemimpin yang dapat mempersembahkan kepemimpinan yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama yang diyakininya. Bagi mereka menjadi pemimpin bukanlah sebuah penghargaan yang membanggakan tetapi justru amanah besar yang akan dipertanggungjawabkan pada rakyat dan tentu juga pada Tuhannya , secara sempurna di dunia sampai ke akhirat sana. Makanya, pemimpin tipe ini akan berusaha secara maksimal melaksanakan amanah untuk menyejahterahkan rakyatnya bukan menyejahterakan diri dan koleganya. Memimpin baginya adalah ladang amal dan kebun kebaikan yang menghasilkan karya indah dan kerja nyata sebagai bekal penting dalam menghadapi hari berbangkit.
Karena, sesungguhnya menjadi seorang pemimpin merupakan jalan terang untuk meraih tempat mulia di sisi Allah. Bahkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dinyatakan bahwa “ satu di antara tujuh golongan yang akan mendapat naungan di saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah adalah pemimpin yang adil”. Hal ini berarti bahwa pemimpin yang adil dan amanahlah yang akan dapat terjaga di Padang Masyar dan memasuki surga Allah untuk merasakan kenikmatan yang luar biasa dan tiada tara sebagai balasan atas kepemimpinannya di dunia.
Memang , tentu ada pemimpin dambaan sebagaimana yang dikemukakan di atas, namun jumlahnya sangat terbatas . Yang justru banyak ditemukan pemimpin yang berambisi mengejar kekuasan dan bersemangat meraup kekayaan. Akibatnya episode kepemimpinan mereka berakhir di dalam penjara sebagai balasan atas kejahatan korupsi yang telah dilakoninya selama ini . Betapa banyak pemimpin daerah, anggota DPR dan juga menteri yang telah mendekam dalam penjara mengisi hari-harinya sampai hari tua. Semoga penjara dapat menyadarkan mereka dan dapat menjadikan penjara sebagai “ madrasah “ dalam membersihkan dirinya dari dosa-dosa besar dengan taubat nasuha. Di samping juga diharapkan untuk dapat mengembalikan kekayaan Negara yang nyata-nyata diperolehnya dengan cara yang tidak sah. Kekayaan tersebut sangat dibutuhkan Negara untuk keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Sampai saat ini, berita korupsi para pejabat masih dikabarkan media massa secara massif baik media cetak ataupun media eletronik yang menyesakkan dada. Ironinya mereka yang berpekara tersebut di antaranya juga rutin berqurban setiap tahun dan sudah menunaikan ibadah haji, bahkan pejabat yang mengurus urusan haji itu juga tersandung dengan kasus yang serupa. Begitulah realita yang membuat rakyat tidak lagi percaya dengan pemimpinnya sendiri.
Oleh karena itu momen penting perayaan Idul Adha tahun ini hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua terutama bagi para pemimpin bangsa ini. Kita berharap kehadiran hari raya ini betul-betul memberikan makna yang berarti dalam memberikan spirit perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Jangan sampai perayaan mulia ini, hanya sebatas rutinitas saja yang hampa dari nilai-nilai luhur yang sangat berguna bagi seorang pemimpin. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pemimpinnya makanya para pemimpin negeri ini harus bersungguh-sungguh untuk memaknai hari besar ini.
Makna Idul Adha
Idul Adha berarti hari raya qurban yaitu hari diselenggarakannya penyembelihan hewan qurban sebagai tanda ketaatan pada Allah dan kesyukuran atas nikmat-Nya. Sebelum penyembelihan hewan qurban, kaum muslimin yang tidak menunaikan ibadah haji disunnahkan untuk datang beramai-ramai ke lapangan atau masjid guna menunaikan shalat Idul Adha. Selama tiga hari kalimat takbir dikumandangkan di angkasa raya, membuat suasana terasa lebih indah mempesona dan jiwa kita terasa lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Pemurah.
Idul Adha juga berarti hari raya haji, hari berkumpulnya kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia di Makkah Al Mukaramah guna menunaikan ibadah haji. Mereka berpakaian ihram dengan warna putih yang melambangkan kesucian hati dan keputihan jiwa dalam menyahut seruan Allah. Sebagai tamu Allah, jamaah haji merasakan “jamuan istimewa” Allah yang tidak akan pernah diterima pada waktu dan tempat yang berbeda. Apalagi tatkala menunaikan wukuf di Padang Arafah sebagai puncak ibadah haji, mereka merasakan begitu dekat dengan Sang Khalik sehingga tanpa terasa air mata bahagia mengalir dengan deras sebagai wujud kecintaan yang tiada tara.
Prosesi ritual ibadah qurban dan haji merupakan refleksi dari perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim As beserta keluarga ( Ismail dan Hajar ). Keluarga pejuang ini telah memberikan yang terbaik pada Tuhannya sebagai perwujudan ketaatan dan keikhlasan mereka dalam menjalani kehidupan yang amat berat ini. Di samping itu juga tampak nilai kecintaan dan kesetiaan yang mendalam sebagai buah nyata keimanan dan keyakinan yang teguh pada pribadi yang agung ini.
Meneladani Nabi Ibrahim AS
Nabi Ibrahim As merupakan seorang pemimpin yang sukses dalam menorehkan tinta emas dengan prestasi yang mengagumkan dalam sejarah panjang kehidupan manusia. Sekalipun Beliau sudah berkalang tanah, namun nama dan jasanya tetap hidup sepanjang masa sampai dunia menutup usia. Oleh karena itu, pemimpin Indonesia harus menjadikan sosok ini sebagai teladan dalam menjalani amanah kepemimpinan. Perjuangan dan pengorbanan Ibrahim hendaknya menginspirasi pemimimpin untuk juga dapat memberikan sesuatu yang terbaik buat negeri ini dengan perjuangan dan pengorbanan yang maksimal.
Pemimpin Indonesia harus bekerja dan berkorban untuk rakyatnya bukan mengorbankan rakyatnya untuk dirinya. Dia harus berjuang dengan sekuat tenaga untuk bisa melayani rakyat dengan sebaik-baiknya-bukan minta dilayani sebagaimana kenyataan yang terjadi saat ini. Seseorang yang terniat untuk menjadi pemimpin harus berpikir secara matang dengan berbagai pertimbangan. Karena sungguh, tugas dan tanggung jawab besar sebagai pemimpin sudah menanti dirinya. Rakyat sangat mendambakan kehadiran pemimpin yang tangguh dan siap berjuang dan berkorban sebagaimana perjuangan dan pengorbanan yang telah dipersembahkan Nabi Ibrahim yang hasilnya sampai hari ini masih dapat kita nikmati.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: