dakwatuna.com – Khartum. Presiden Sudan, Umar Al-Basyir, Sabtu (27/9/2014) kemarin, mengatakan bahwa dirinya tidak mau Khartum mengalami hal yang terjadi di ibukota Yaman, San’a saat ini, yang dikuasai oleh kelompok Syiah Hutsi.
Dalam pertemuan dengan para anggota partainya, Partai Konferensi Nasional (NCP), Al-Basyir mengatakan, “Kita akan meneruskan dialog nasional. Namun demikian, kebebasan tidaklah berarti kerusuhan. Di Yaman, dilaksanakan dialog nasional yang berlangsung hingga setahun penuh. Dialog ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk membuat kacau seperti saat ini.”
Al-Basyir juga mengatakan, “Kepada pihak-pihak yang menginginkan kebebasan, ketahuilah bahwa kebebasan itu ada plafonnya. Tidak ada yang namanya kebebasan tanpa ketentuan. Aku tidak ingin terjadi di Khartum apa yang saat ini sedang terjadi di Yaman.”
Ajakan Al-Basyir untuk melanjutkan dialog nasional ditanggapi secara bervariasi oleh kekuatan-kekuatan politik. Di antara yang menyambutnya adalah kelompok-kelompok Islam. Adapun yang menolak adalah kelompok-kelompok bersenjata di Darfur, Blue Nile, Kordofan, dan juga partai-partai kiri. (msa/dakwatuna/almoslim)