dakwatuna.com
Aku kabarkan dengan segenggam darah yang tercecer, aroma manis menusuk rongga dadaku untuk kembali mendekapmu,
Lembab udara telah lebih dahulu memoles wajah kusamku, ada apa dengan deru kerikil yang enggan kau simpan dalam mantelmu?
Aku teringat dengan rona ahli senjatamu untuk berbaik pada kalbuku, aku bertaruh untuk tumpah darahmu,
Mentari sedang menyingkap nafsunya untukmu, supaya terik tak legamkan kulitmu,
Aku masih tak ingin merentas air mataku, aku kabarkan dengan segenggam darah yang tercecer,
Mengalir,
Mengalir,
Mengalir,
Berdentang, sejuk nan asri,
Tak pernah ada senda gurau dalam sejarah sorot matamu,
Aku mengerti, saku penuh dengan ayat-ayat yang siap kau bawa tersenyum menghadap Ilahi,
Hijau nan lembut, mengalir..
Bersama senyuman dalam gemericik-gemericik surga genggamanmu,
Al-Aqsha, bagimu azam terkukuh menindas nafsuku.
Ingin terus bersama menapakkan langkahku untukmu..
Konten ini telah dimodifikasi pada 11/09/14 | 22:21 22:21