dakwatuna.com – Saudaraku, hidup adalah pilihan; memilih untuk menentukan pilihan atau memilih untuk tidak memilih. Pilihan itu tergantung pada diri seseorang yang akan memilih. Orang yang memiliki pilihan hidup maka tentu akan ada secercah cahaya dalam hidupnya. Namun bagi yang tidak memiliki pilihan hidup maka hidupnya penuh dengan ketidakpastian. Makanya, kita dituntut untuk dapat memilih pilihan yang tepat untuk masa depan cemerlang di dunia, tentu juga di akhirat sana.
Saudaraku, Allah SWT menciptakan sesuatu berpasang-pasangan, ada laki-laki dan ada perempuan, ada bumi dan juga ada langit, ada siang dan pasti ada malam. Demikianlah seterusnya, Allah Swt jadikan semua itu sebagai romantika hidup. Dalam hal ini, kita hanya dituntut untuk menjalaninya saja sesuai dengan pilihan Allah Swt. Namun demikian, Allah Swt juga menjadikan ragam hidup, yang mana kita diberi kewenangan untuk memilihnya. Seperti, sehat atau sakit, sukses atau gagal dan bahagia atau celaka. Semua itu sangat tergantung pada keinginan dan pilihan kita.
Dalam QS Al Kahfi 29, Allah Swt berfirman. “Sesungguhnya kebenaran itu datang dari Allah, maka siapa yang ingin (beriman) maka hendaklah ia beriman dan siapa yang ingin (kafir) maka biarkan dia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang yang zalim neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka minta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang dapat menghaguskan wajah.” Inilah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Saudara, ayat ini menjelaskan bahwa keimanan atau kekafiran seseorang sesuai dengan pilihannya. Seseorang tidak dipaksa untuk beriman pada Allah Swt, atau dilarang untuk kafir pada-Nya. Bagi Allah Swt, beriman atau kafir pada-Nya, tidak akan menambah atau mengurangi qadrat (kekuasaan) dan izzah (kemuliaan)-Nya. Namun pilihannya itu, justru yang akan menentukan nasib seseorang di akhirat sana. Allah Swt akan membalas perbuatan seseorang sesuai dengan pilihannya.Orang yang memilih keimanan maka hidupnya akan tenang di dunia dan senang di akhirat dengan masuk surga-Nya dengan segala kenikmatan plus bidadari yang mempesona. Bagi orang yang memilih kekafiran (tidak taat pada Allah) maka neraka merupakan balasan yang tepat atas kekafiran dan kezhalimannya, renungkanlah wahai saudaraku.
Saudara, ayat di atas mengungkapkan dengan terang benderang betapa pedihnya azab neraka. Mereka dibenamkan dalam kobaran api yang amat dahsyat sehingga menyebabkan mereka keausan yang sangat dan mereka memelas pada Allah agar diberi minuman untuk meringankan sedikit penderitaannya. Namun justru yang diberikan padanya adalah air seperti besi yang mendidih yang akan menghanguskan wajahnya, sangat mengerikan dan menyakitkan, maka renungkanlah wahai saudaraku.
Jujur saudaraku, kita tidak akan sanggup menahan penderitaan ini namun kenapa hati dan diri kita masih terbuai dengan kegerlapan dunia? Kenapa, sulit kaki melangkah menuju Allah dan mudah diri untuk bermaksiat pada-Nya. Ketahuilah di dunia ini, kita menanam dan di akhirat sana kita akan menuainya. Oleh karena itu, marilah kita bertaubat dan memanfaat sisa umur yang ada dengan “berlari” pada-Nya untuk menebus dosa-dosa masa silam kita. Renungkanlah wahai saudaraku, semoga hidayah Allah masih mengalir dalam diri kita selagi kesempatan masih ada.