dakwatuna.com – Hari Sabtu tanggal 28 Juni 2014 merupakan hari pertama Ramadhan bagi sebagian kaum muslimin di tanah air. Bulan Ramadhan tahun ini memang sangat berbeda dan terasa lebih berat dari Ramadhan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh hiruk pikuk Pemilihan Presiden dan hingar binggar Piala Dunia yang berlangsung di bulan ini. Dua agenda besar ini tentu akan menyita dan mengambil waktu kita dari beribadah mengisi hari-hari indah selama Ramadhan.
Bagi tim sukses pasangan capres, kerja tentu akan bertambah. Safari politik dan silaturahmi tim menjadi agenda utama dalam memenangkan pasangannya. Bahkan, ceramah Ramadhan bisa saja dijadikan sebagai sarana efektif untuk menawarkan pasangan capresnya. Apalagi bagi capres yang “berlaga” merebut tahta tertinggi negara ini, maka tentu manufernya lebih hebat lagi. Puncaknya adalah waktu hari pencoplosan yang akan bisa saja selesainya sampai tengah malam.
Bagaimana dengan Piala Dunia? Pengaruhnya lebih dahsyat lagi. Pertandingan yang mendunia ini dapat menyihir sebagian penduduk bumi. Penggilanya tidak hanya kalangan anak muda saja, tetapi anak-anak dan orang dewasa juga tidak alfa. Maka dengarlah berita, semalaman mereka tidak tidur untuk menyaksikan “kehebatan” idolanya dalam mengarak bola sampai menembus gawang lawan dengan bangga. Demam bola memang sangat terasa di negeri ini. Sampai-sampai mereka benar-benar demam karena tidak bisa tidur di tenggah malam. Akibatnya, siang harinya menjadi “malam” bagi dirinya untuk memenuhi kebutuhan tidur.
Begitulah aktivitas yang akan terjadi pada Ramadhan kali ini. Makanya, kita harus hati-hati menyikapinya. Jangan sampai kesempatan berharga yang diberikan Allah untuk menebus dosa menuju fitrah terganggu oleh kesibukan kampanye dan keasyikan menonton Piala Dunia.Untuk itu, kita harus menyadari arti penting dan keutamaan Ramadhan sehingga ibadah lebih bermakna atau tidak sia-sia. Kita harus mampu menjadikan tantangan ini sebagai peluang menuju kemenangan hakiki, merebut piala dunia-akhirat berupa takwa.
Banyak hadits yang menjelaskan kemulian Ramadhan dan keutamaan puasa di dalamnya, diantaranya:
Pertama, puasa Ramadhan akan mengampuni dosa hamba. Bagi seseorang yang berpuasa (shiyamur Ramadhan) di siang hari dengan benar dan menegakkan Ramadhan (qiyamur Ramadhan) di malam hari dengan ikhlas, akan dapat mengampuni dosa-dosa masa silam. “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kedua, amalan akan dilipatgandakan balasannya. Kesempatan emas bagi kita untuk berlomba-lomba dalam memproduksi kebaikan. Kebaikan yang dilakukan dengan sempurna akan berbuah pahala yang luar biasa.Dalam hal ini, Rasululah saw mengemukakan dalam khutbahnya pada akhir bulan Sya`ban, “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah datang. Bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhari-Muslim)
Ketiga, peluang beramal dan beribadah lebih besar. Di bulan Ramadhan ini, kuantitas dan kualitas ibadah kita bertambah. Berbagai amalan sunnah yang jarang kita lakukakan di luar Ramadhan justru di bulan ini terasa mudah dan indah. Hal ini terjadi karena Allah memberi kesempatan dengan menutup atau menguranggi pengaruh bujuk rayu setan. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kamu berpuasa, karena dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu setan- setan, serta akan dijumpai suatu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak berhasil memeroleh kebaikannya, sungguh tiadalah ia akan mendapatkan itu untuk selama-lamanya.” (HR Ahmad, An-Nasa’l, dan Baihaqi).
Keempat, tersedianya malam qadar (Lailatul Qadar). Ini adalah malam istimewa yang nilainya setara dengan seribu bulan. Apabila kita dapat beribadah dengan sungguh-sungguh dan maksimal pada malam itu, maka kita seperti telah beribadah seribu bulan atau delapan puluh tiga tahun sebagaimana yang dikemukakan hadits di atas. Di dalam QS. al-Qadar: 1-3, Allah menjelaskan secara khusus tentang keutamaan dan kemuliaan malam Qadar, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”
Redaktur: Pirman
Beri Nilai: