dakwatuna.com – Heran aku melihat kalian
Berlomba-lomba kalian membangun kesan
Saling sikut, cela dan lempar hinaan
Tidakkah kalian sadar? Dengan saling cela, kalian hanya mencela diri sendiri
Heran aku melihat kalian
Saling membesarkan nama, satu sama lain merasa lebih layak
Padahal rakyat hanya butuh pemimpin,
Yang tahu mana tugasnya, apa perannya dan statusnya siapa
Heran aku melihat kalian
Apakah kalian tidak tahu bahwa setiap pemimpin itu akan bertanggung jawab?
Bertanggung jawab kelak di peradilan paling tinggi
Saat itu tidak ada yang bisa merekayasa
Semua sama dan rata dalam hukum
Saat itulah dipertanyakan; amanah apa yang kau sia-siakan?
Heran aku melihat kalian
Ada yang berani meninggalkan tugasnya sebelum usai
Tidakkah ia sadar? Rakyat telah memilih dan mengupahnya
Lalu, ia tinggalkan suara rakyat karena patuh pada satu orang
Siapakah satu orang ini? Sehingga ia bisa butakan nurani?
Sungguh tak layak rakyat membayar orang yang bukan bertugas untuk mereka
Kalau engkau petugas golonganmu, tidak perlu menjadi petugas rakyat
Tak perlu menipu rakyat. Tak perlu bodohi rakyat
Heran aku melihat kalian
Mengaku berjuang untuk rakyat, tapi orientasinya tidak jelas
Kalau memang di dalam hati ada niat bekerja untuk rakyat,
Kenapa tak menyelesaikan yang menjadi tugasmu sekarang?
Kelak, rakyat akan menilai.
Bila kau layak, rakyat akan mendukung tanpa kau mengajukan diri
Heran aku melihat kalian
Kalau memang bekerja untuk rakyat,
Kenapa harus saling sikut dan saling cela?
Bekerjalah, bangun rencana yang jelas untuk dilaksanakan
Bertemulah dalam satu meja, bincangkan apa yang akan kalian lakukan
Hingga siapa pun yang terpilih, tugas itu tetap terlaksana
Bila kalian memang bekerja untuk rakyat
Heran aku melihat kalian
Bukankah seharusnya pemimpin yang baik tidak membuat rakyatnya merasa heran?
Redaktur: Pirman
Beri Nilai: