Jiwa Mereka Terus Tumbuh Mekar

Ilustrasi hati (inet)

dakwatuna.com – Aku masih saja mengucek mata

Memperhatikan dan memastikan tak ada kabut di antaranya

Yang membuat halang, mungkin mengubah biru menjadi jingga

Pada wajah-wajah mereka

Yang sehari-harinya tak kudengar ujung keluh buta

Mereka yang matanya senantiasa bersinar

Menyambut binaan yang dadanya juga bergetar

Karena hatinya sedang gusar

Kemudian, mereka menepuk pundaknya dan berkata “Dik, Allah yang berkuasa paling lebar.”

Mereka pula yang semangatnya tak pernah pudar

Jiwanya terbakar saat rakyat meneriaki kabar

Tentang kepedihannya karena Penguasa kekar

Bergegaslah dengan koyak hati dan jejak kakinya berkobar

Dan masih ada di antara mereka yang otaknya terus berputar

Mewajahkan dan menancapkan fikrah dalam media syi’ar

Dalam panggung iman dan ilmu yang mengakar

Ke sana ke mari arah mengejar, sama sekali bukan dengan mata liar

Tapi jiwanya yang terikat azzam, menjadikannya turut terus mekar

Hingga tersadar, kucekan mata tak berimbas apa-apa

Dagu yang tertegak pun tak juga meraup dahaga

Karena sembuhnya dahaga adalah kerontang iman jauh dari hatinya

Apalagi kesah, gerutu, atau bahkan gulana, bukanlah sahabatnya

Karena langkahnya adalah usaha membersihkan jiwa

Menjadikan malam adalah masa paling tenang menahkoda

Menjadikan Qur’an adalah pesan paling hangat mengaroma

Menjadikan doa adalah cara paling sederhana mengeja

Menjadikan air mata adalah sentuhan paling bersih menyapa

Sesederhana Dia yang menyederhanakan senja menjadi malam

Menyediakan air hujan untuk kami menyembunyikan sepi

Tapi nyalanya terus hangat dan berpijar

Karena mekarnya jiwa,

adalah sahabat yang selalu bersinar

Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sedang aktif di organisasi Forum Ukhuwah dan Studi Islam Psikologi UI. Mencintai Psikologi, Pendidikan dan Pembinaan.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...