dakwatuna.com – Mentari tak sehangat dekapanmu
Kokoh surya di singgasana mengalun cahaya baru
Dedaunan bahkan lunglai tertunduk malu
Sang melati, tak seharum mekar dirayu
Mereka tak secemerlang indah nyata, denganmu Ibu
Ibu, bidadari terindah yang kupunya
Ibu, malaikat yang diturunkan Allah Azza wa Jalla
Ibu, titisan illahi penebar cinta bermakna
Keringat bercucuran hanya dianggap sebagai embun pagi
Tetesannya lembut membasahi diri
Darah rela terkucurkan hanya untuk melihat si buah hati
Jiwa kau korbankan untuk si jabang bayi
Tapi aku, malah membalas dengan tangis egois diri
Dan kau malah tersenyum menyambut kehadiranku ini
Ibundaku, kau teristimewa
Tiga kali lebih utama dibanding sang ayahanda
Wajahmu cerminkan keindahan tiada tara
Sosokmu menyejukkan hati siapa saja
Lentera tersohor itu tak surutkan namamu
Bersamamu jiwa serasa damai selalu
Rembulan itu pun bersemu cemburu
Melihat dekapmu hangat di tubuhku
Sang langit kian menohok terpana
Melihat sosok tulus indah bercahaya
Adakah aku mencintamu setulus jiwa?
Akankah kasihmu terbalas jasa?
Derap langkah tak henti menari di pelipur jingga
Hingga tak goyah ayunkan surga di singgasana
Pelangi surga terpancar melengkung tampak nyata
Tatkala kulihat matamu berbicara segalanya
Kau hilangkan semua fatamorgana dunia
Hatimu bersih, suci tak ternoda
Bersama akan terukir cerita kita
Tujuan kita, Allahu Ghayatuna
Aku menyayangimu, Ibunda