dakwatuna.com
Hari ini berawal saat bangkit dari mimpi
Senyum kemudian mengulum tanpa dusta
Hari ini disambut dengan amanah yang tiba waktunya
Amanah belajar dan janji yang tak boleh tertunda
Khusyuk meminta doa
Sudah!
Balasnya, ‘orangtua pasti mendoakan setiap hari, jaga kesehatanmu!’
Merunduk, meretas, tak mampu lagi
Apalagi mendongakkan kepala di hadapan mereka yang santai menyusuri pagi ini
Pilihan jatuh pada lembar Ma’tsurat yang lama tersimpan, rapi…
Sedetik, dua detik bungkam
Hati dibohongi mulut yang berdaham
Mengigau mencari sinar kealpaan
Hai pejuang!
Ini masih pagi!
Pagi!
Saatnya menggilas rona kesetiaan matahari
Ingatkah siapa yang selalu berlari mengejar, mati!
Dan mereka sangat ikhlas menjatuhkan pilinan air asin, untukmu!
Untukmu!
Yang kau sendiri bilang bahwa kau PEJUANG!
Percuma kaki mengajak sok berani
Di tanah rantau tapi masih bermanja memikirkan diri sendiri
Percuma tangan menuding sok mengerti
Yang lain sibuk aktualisasi tapi di sini masih ikhlas melipat diri
Tak ada gunanya gumam muhasabah pagi
Jika tak sekarang memulai perbaiki diri
Semangat pagi!