dakwatuna.com – Jakarta. Malam pergantian tahun masehi bagi sebagian besar masyarakat identik dengan pesta kembang api dan hura-hura. Padahal banyak hal bisa dilakukan dalam melewati malam pergantian tahun. Salah satunya dengan melakukan dzikir bersama.
Kegiatan seperti itu mulai banyak dilakukan sejumlah pihak, seperti instansi atau masjid-masjid. Namun sayangnya kegiatan seperti itu masih kurang didukung oleh pemerintah daerah.
“Saat yang lain mengadakan dzikir, pemerintah DKI Jakarta malah membuat panggung dengan pesta kembang api,” kata ustadz Erick Yusuf.
Ia pun menyarankan pemerintah membuat terobosan dengan memfasilitasi kegiatan Islami dengan konten rasa syukur.
Ia menjelaskan, memang tidak ada contoh dari Rasulullah merayakan tahun baru, termasuk tahun Hijriyah. Sebab mekanisme tahun Hijriyah baru ditetapkan zaman Umar bin Khatab.
Tapi dzikir bersama bisa menjadi alternatif daripada melakukan kegiatan sia-sia. Ia menyarankan kegiatan dzikir bersama ini divariasi agar anak muda tertarik untuk ikut.
“Bagi anak muda, hiburan memang lebih menarik. Jadi bedakan saja acaranya. Gelarlah festival nasyid atau film Islami,” tutur Ustadz Erick.
Kegiatan dzikir bersama, salah satunya selalu rutin digelar Republika. Selama 12 tahun, dzikir nasional menghiasi malam pergantian tahun. Tahun ini dzikir nasional kembali digelar di Masjid At-Tin, Taman Mini.
Ustadz Erick sendiri menyambut baik acara tersebut. Ia melihat antusiasme masyarakat terhadap acara ini tiap tahunnya selalu meningkat.
“12 kali menyelenggarakan dzikir nasional, Republika berhasil menginisiasi kegiatan alternatif bermanfaat. Tinggal bagaimana menarik anak muda,” kata dia. (rol/sbb/dakwatuna)
Redaktur: Saiful Bahri
Beri Nilai: