dakwatuna.com
Ketika peluru berhamburan karena kezhaliman
Ribuan nyawa mati
Tertembus amarah serakah
Tiananmen 1989
Mereka berutang keadilan pada kami
Teriak para korban
Kerusuhan Mei 1998
Masih membekas dan belum terlupakan
Lagi…peluru lukai rakyat
Mereka berutang keadilan pada kami
Teriak para korban
Di Mesir
Peluru nafsu memburu dengan bengis
Dari asrama hingga masjid
Tak cukup dengan peluru
Untuk melumpuhkan mahasiswa
Gas air mata bahkan panser pun dikerahkan
12 Mei 98
Tertembak matinya 3 mahasiswa Trisakti
Titik picu pergolakan
Dan perlawanan mahasiswa makin membesar
Akhirnya rezim Soeharto tumbang
Kini di Mesir ada 3 jenazah mahasiswa
Menjadi amuk peluru ambisi sang diktator
Yang di otaknya hanya ada bahasa
Tembak hingga mati
Akankah Mesir mencontoh Indonesia
Setelah 3 mahasiswa menjadi martir
Sang rezim bengis dilibas oleh gerakan mahasiswa
Ingat…!
Mereka berutang keadilan pada kami
Teriak para korban
Ingat..!
Kami takkan sia-siakan hak mu
Kata-kata tersebut di tulis dengan darah pada sebuah dinding asrama mahasiswa Al Azhar
Darah dari seorang yang syahid
Di sini aku tak punya peluru
Maka peluruku adalah pena
Karena seperti Sayyid Qutb katakan;
“Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala, namun satu penulisan mampu menembus ribuan bahkan jutaan kepala.”
Pena ku bukan untuk membunuh
Pena ku bukan melukai orang yang berbeda pandangan
Pena ku tulis dengan cinta, agar mampu menembus kepala dan hatimu
Pena ku untuk mengabarkan pada dunia
“Bahwa keadilan adalah hak segala bangsa”
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: