dakwatuna.com – Anak yang aktif, meskipun duduk di pojok barisan terbelakang. Dari pertama pertemuanku padanya, hati ini langsung jatuh cinta melihat gaya belajarnya. Kinestetik, itulah penggolongan gaya belajar pada anak ini. Lebih bersemangat di antara yang lainnya, ia telah berhasil mengalihkan duniaku untuk sesaat dalam perkenalan kali ini. Semua jargon dan yel-yel yang kusampaikan pun dilakukan dengan senang. Senyuman yang muncul dari keriangan yang ditampilkannya benar-benar membangkitkan semangatku dalam mengajar.
Nahrudin, ia mengacungkan tangan, ketika kuabsen mereka satu per satu. Simple name. Seperti kebiasaan orang Sunda umumnya. Baru saja nama ini kukenal beberapa menit yang lalu, tapi tidak dengan rasa kedekatan hatiku padanya. Hati ini berkata, kami sudah dekat, seperti telah kenal lama sebelumnya.
Apa kabar anak Indonesia…..!!!
Alhamdulillah, Semakin Dahsyat!!!!!
Trik ini adalah salah satu caraku memompa semangat mereka. Semangat anak pelosok memang berbeda dengan anak kota. Semangat mereka jauh lebih dahsyat dari anak yang pernah kuajar sebelumnya. Dalam keadaan serba minim fasilitas mereka tetap tersenyum bahagia, bersyukur bisa belajar, bermain di tempat yang mereka sebut Sekolah. Cerita ini begitu menarik untuk diukir dalam setiap tinta pena buku harianku.
Arud, begitu panggilannya ketika kutanya nama kesayangannya. Jujur saja, belum banyak nama yang tersimpan di memori otak pada kelas awalku ini. Namun, anak yang satu ini begitu mempesona hati. Kelincahan setiap gerakannya dalam belajar, selalu membuatku terpukau, tak pernah menyangka ada anak pelosok yang mempunyai keaktifan luar biasa dalam belajar.
“My name is Anit, What is your name?” tanyaku kepada salah satu anak yang duduk di barisan terdepan kelas. Belakangan kuketahui namanya adalah Agung.
Hitungan detik sesaat semuanya melongo, diam tak bergeming sedikitpun.
“My name is Arud” suara yang datang dari arah belakang berhasil memecah kesunyian kelas dalam sekejap.
Mataku pun langsung tertuju ke arah fokus suara. “Luar biasa” ucapku dalam hati.
“That’s very good, Give applause for your friend....” responku cepat menyambut jawaban Nahrudin. Meskipun kuyakin banyak siswa yang tak paham dengan ucapanku, ketika mereka melihatku memberi tepuk tangan untuk Arud, mereka pun mengikutinya dengan senang, tersenyum bangga pada temannya yang satu itu.
Tak puas hanya menanyakan nama, aku pun kembali mengajukan pertanyaan pancingan untuk menggali kemampuan bahasa inggris siswaku sebelumnya.
“I am From Padang, Where are you from?” pancingku kembali kepada salah seorang anak laki-laki yang duduk tepat di depanku.
Tak sepatah kata pun yang keluar. Hanya senyuman cara Ari menjawab pertanyaanku.
Suara itu pun kembali menyambar, seolah tak sabar menunggu giliran untuk ditanyai.
“I’m from Banten”, ucapnya membalas cepat pertanyaanku.
“Wow, Good” spontan acungan jempolku kepada anak laki-laki itu.
Lagi-lagi Arud unjuk kebolehan bahasa Inggrisnya di hadapanku. Smart, anak ini langsung menerima Cap baru itu di benakku. Kesempatan ini pun tak kusia-siakan begitu saja. Kulirik wajah energiknya sembari melempar pertanyaan terbaru.
“Can you speak English?”, tanyaku sambil memainkan jari tangan padanya.
Agak lama ia memandangku, ragu dengan jawaban yang akan diberikannya. Mata kami bertemu, kuanggukkan kepalaku padanya, seolah memberi sinyal “Ya, kamu pasti bisa menjawabnya”
Melihat sinyal kuat dariku, segera ia putuskan menjawab dengan mantap
“YES, I can!!!” ucapnya penuh semangat
“Excellent” balasku tersenyum bangga padanya.
Dahsyat sekali anak pelosok satu ini. Kemampuannya dalam mengenal bahasa Inggris sudah baik dibandingkan teman lainnya. Akupun menjadi heran, karena bidang studi ini tak pernah diajarkan di sekolah sebelumnya. Setelah menggali informasi, tanya sana tanya sini, kutemukan jawaban mengapa anak ini bisa melahap semua pertanyaanku dengan lancar.
Anak laki-laki berwarna kulit sawo matang ini suka sekali bergaul dengan siapapun. Apalagi berteman dengan orang yang bisa memberinya banyak ilmu dan wawasan. Ia tak pernah segan bertanya hal apapun demi mendapatkan sebuah ilmu. Dan ternyata ia sudah pernah mendapat materi seperti ini sebelumnya dari siswa SMP yang pernah kuajar bahasa Inggris di rumahku.
“Awalnya aku sama sekali tak tahu dengan bahasa inggris, bu. Saat itu aku mendengar banyak siswa SMP yang datang berkelompok ke rumah ibu. Aku mendengar mereka sering menyanyikan lagu yang ibu ajarkan pada mereka. Keseringan mendengarnya, maka aku pun jadi hafal. Makanya, ketika ibu ajukan pertanyaan tersebut, aku langsung ingat dengan kata yang ada pada lirik lagu tersebut”, jelas Arud panjang lebar ketika kucoba untuk mengenalnya lebih jauh.
Tak puas sampai di situ. Aku pun mencoba mencari tahu tentang anak ini secara detail. Arud juga disenangi banyak temannya. Ia menjadi sosok tempat bertanya dan dipercaya oleh temannya. Tak heran ia terpilih sebagai ketua kelas setiap tahunnya. Ia begitu bersemangat diajak untuk belajar. Sudah menjadi agenda rutinku setiap sore ke sekolah, belajar sambil bermain mulai dari Kls 1 hingga kelas 6. Dan selalu, Arud yang menjadi siswa pertamaku. Semangatnya seakan tak pernah padam. Semua evaluasi pun berhasil dilahapnya dengan mulus ketika permainan berakhir. Menjadi Juara? Sudah langganan di Tim nya. Semakin jatuh hati saja ku mengenalnya.
Ya, itulah Arud dengan segala keingintahuannya dalam belajar. Fleksibel dan senang bergaul dengan semua orang. Berteman dengan siapa pun bukanlah masalah baginya, yang terpenting adalah dia bisa menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari berbagai hal yang ia temui. Itulah salah satu keunggulannya yang bisa memikat hati setiap orang yang mengenalnya.
Arud, Si Aktif dari Pelosok Banten, itulah gelar baru yang kusematkan padanya setelah mendalami karakter anak ini. Ya, gelar ini benar-benar cocok dan pantas untuknya. Semoga gelar ini selalu menjadikannya sosok aktif yang siap melebarkan semangat belajarnya hingga ke bumi belahan lainnya. Aamiin.